Zonasi dan Sistemnya, Apakah Solusi?
Pendidikan di Indonesia menjadi bagian dalam sector pembangunan Indonesia. 74 Tahun Indonesia merdeka, Negara ini terus berusaha
Kita lihat untuk satu titik sekolah , ditarik sebuah garis khayal dengan jarak tertentu apakah akan sama jarak kagir khayal melingkar itu dengan sekolah lainnya. Artinya system zonasi harusnya memiliki jarak kisaran sekolah yang sama.
Jangan sampai ada sekolah A memiliki jarak lingkar garis khayal yang menentukan zona jauh lebih besar dibandingkan dengan sekolah B, karena sekolah B dekat dengan sekolah C. Itu hal pertama, hal keduanya adalah apakah system zonasi ini sudah mempertimbangkan kapasitas di sekolah itu dengan data jumlah anak yang harus bersekolah dilingkungan itu?, hal ketiga, apakah titik lokasi sekolah yang ada sekarang merata titiknya hingga kepinggiran kota? Bukankah sekolah yang ada saat ini berada pada titik tengah kota , sehingga jika akan ditarik jarak mereka yang tinggal pinggiran dengan kesejahteraan hidup yang pas pasan akan menjadi jauh jaraknya dan kemungkinan atas kesempatan dia bersekolah disekolah itu akan jauh lebih kecil disbanding anak anak yang ditengah kota?
Kemarin saya melihat, ada sebuah kawasan di pinggiran kota , jauh jaraknya dengan sebuah sekolah yang padahal itu lah titik sekolah terdekat.
Ia mendaftar dan akhirnya system menolak karena kapasitas kuota sekolah itu sudah penuh dengan anak yang terdekat. Dilihat dari segi ekonomi, mereka yang pinggiran jauh lebih susah disbanding mereka yang dekat dengan sekolah. Akankah mereka harus mengenyam pendidikan di swasta dengan biaya tinggi? Atau salahkan mereka jika mereka harus putus sekolah?
Jadi itulah pemikiran saya tentang system yang ada sekarang. Bagi saya untuk solusi terhadap persoalan pendidikan sekarang bukan soal kemudahan akses rakyat untuk menggunakan system, bukan pula soal zona pemerataan pendidikan yang kita lakukan ini, melainkan bagaimana Negara hadir secara adil untuk pelayanan atas fasilitas sekolah yang disiapkan untuk mereka seluruh anak Indonesia , karena merekalah indicator tujuan Negara “mencerdaskan kehidupan bangsa”.