BNN Fokus Pendayagunaan Masyarakat di Kampung Beting Pontianak, Ubah Image Rentan Narkoba

Kampung Beting bahkan bisa disamakan dengan Kampung Ambon yang ada di Jakarta dimana sehingga menjadi perhatian serius untuk mengubah image tersebut

Penulis: Syahroni | Editor: Ishak
TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA
Direktur Pemberdayaan Alternatif BNN RI, Andjar Dewanto, saat menjadi narasumber dalam Rapat Koordinasi Dalam Rangka Memantapkan Program Pemberdayaan Alternatif Pada Kawasan Rawan dan Rentan Narkoba di Provinsi Kalimantan Barat, di hotel Mercure, Pontianak, Senin (29/4/2019). 

Satu diantara alasan masyarakat bermain narkoba adalah faktor ekonomi. Maka BNN Pusat dan PemKot Pontianak melakukan upaya sinergi berusaha bagaimana mencari life skill masyarakat setempat agar bisa dikembangkan.

"Kita harapkan masyarakat bisa berproduksi, produktif dan ada nilai ekonomi yang kita tawar. Memang mencari uang halal dan uang haram, inikan kadang uang haram mudah didapat dan lebih banyak," katanya.

Pihaknya ingin mengubah mainset masyarakat, mencari uang halal dan aman dunia akherat dan nilai ekonomi cukup tinggi.

Seperti yang disampaikannya untuk jahe merah, dengan modal yang tidak terlalu banyak masyaralat bisa menghasilkan Rp30 jutaan.

"Selama ini, banyak bandar-bandar atau pengedar juga menawarkan pada masyarakat bahwa narkoba itu adalah obat kuat. Contohnya banyak supir dan pekerja kebun sawit memakai narkoba," tujarnya.

Awalnya memang kuat setelah memakai bisa bekerja lama dan supir tetap melek, awalnya memang betul, tapi ia tidak sadar bahwa hari ketiga, hari keempat dia akan teler, dosisnya akan meningkat dan dia mulai ketergantungan dan harganya mahal.

"Maka timbul permasalahan baru, otaknya juga rusak. Sekali makai narkoba 5-10 saraf yang ada akan putus, maka lama-lama akan gila atau bisa meninggal," pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved