Terjerat Narkoba, Alas Kasur Andi Arief di Tahanan Jadi Sorotan Hingga #SepreinyaPINK Trending Topik
Netizen fokus dengan tumpukan kardus dan motif alas atau sprei kasur yang diduduki Andi Arief yang berwarna pink
Penulis: Dhita Mutiasari | Editor: Dhita Mutiasari
Iqbal pun meminta masyarakat tidak langsung memercayai informasi yang beredar di media sosial maupun aplikasi pesan instan.
"Jangan percaya pada informasi yang berseliweran, pada saat petugas kami melakukan penggerebekan cuman satu, saudara AA. Kalau nanti berkembang akan kami sampaikan," ungkap dia.
Baca: Tema ILC TVOne Selasa (5/3/2019): Andi Arief Terjerat Narkoba: Pukulan Bagi Kubu 02?
Baca: Kabar Penangkapannya Bikin Gempar, Ini Profil Andi Arief yang Punya Karir Mentereng di Era SBY-JK
Istimewa
Beredar Foto Wanita Muda yang Dikabarkan Terciduk Bersama Andi Arief, Senin (4/3/2019).
Andi Arief ditangkap tim Direktorat Tindak Pidana Narkotika Bareskrim setelah Kepolsian menerima informasi dari masyarakat.
Senin (4/3/2019) sore, publik dikejutkan dengan pemberitaan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief ditangkap polisi atas tuduhan memiliki dan mengonsumsi sabu.
Ia dikabarkan ditangkap penyidik Direktorat Tindak Pidana Narkotika Mabes Polri, Minggu (3/3/2019) kemarin.
Seperti diberitakan Kompas.com, Andi Arief dikenal publik menekuni dunia politik sejak tingkat bawah.
Dikutip dari berbagai sumber, pria kelahiran Bandar Lampung, Lampung, 20 November 1970 itu mengawali karier politiknya sebagai aktivis pro-demokrasi pada era 1990-an.
Andi bergabung di Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) yang berafiliasi dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang dahulu beraliran sosialis.
Mereka menentang kekuasaan Presiden Soeharto yang dinilai sewenang-wenang dan korup.
Di SMID, Andi sempat menjabat sebagai ketua, yakni pada tahun 1996.
Andi dan kawan-kawan pun dinilai mengancam Orde Baru. Tahun 1998, ketika gerakan Reformasi bergelora, Andi beserta sejumlah aktivis sempat menjadi korban penculikan dua bulan sebelum jatuhnya Soeharto.
Namun, ia adalah salah satu yang dilepaskan.
Sempat tidak termonitor aktivitas politiknya pasca-Reformasi, nama Andi muncul kembali di publik pada tahun 2004, menjelang pemilihan umum.
Andi menempatkan diri sebagai salah satu pimpinan organisasi relawan yang menyokong elektabilitas salah satu kandidat Pemilu, Susilo Bambang Yudhoyono.
Pilihan politik Andi kala itu sempat diprotes kalangan aktivis. Mengingat, latar belakang SBY berasal dari militer dan memiliki kaitan dengan sejumlah kasus HAM masa lalu.
Usai Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan SBY-Jusuf Kalla sebagai pemenang Pemilu 2004, karier Andi semakin bersinar.
Secara bertahap, ia diberikan sejumlah posisi, antara lain Komisaris PT Pos Indonesia hingga Staf Khusus Presiden.
Kariernya di politik juga demikian pesat. Ia sampai dipercaya menjabat sebagai Wakil Sekjen Partai Demokrat hingga saat ini.(*)
Yuk Follow Akun Instagram tribunpontianak: