BREAKING NEWS: Status Gunung Anak Krakatau Siaga Level III, Sambaran Petir Terekam Video
BREAKING NEWS: Status Gunung Anak Krakatau Siaga Level III, Sambaran Petir Terekam Video
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Status Gunung Anak Krakatau meningkat menjadi Siaga Level III hari ini, Kamis (27/12/2018).
Perubahan status menjadi Siaga Level III hari ini, disampaikan Ketua Tim Tanggap Darurat Erupsi Gunung Anak Krakatau Kushendratno.
Naiknya status Gunung Anak Krakatau menjadi siaga level III membuat raidus bahaya diperluas dari sebelumnya dua kilometer menjadi lima kilometer.
Perubahan status ini lantaran adanya peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau yang terus meningkat sejak Rabu (27/12/2018) sore.
Perubahan status ini dikonfirmasi oleh Ketua Tim Tanggap Darurat Erupsi Gunung Anak Krakatau Kushendratno.
Baca: Beredar Video Sejumlah Rumah Roboh Akibat Abrasi di Medsos, Ini Komentar Camat Kendawangan
Baca: Potret Cantik Mirriam Eka, Peserta Rising Star Dijodohkan dengan Ariel NOAH oleh Maia Estianty
Baca: Punya Penghasilan Rp 43 Miliar per Tahun, Beginilah Kemewahan Rumah Baru Youtuber Ria Ricis!
Baca: Masih Penyelidikan, Sudah Dua Bulan Kasus Sabung Ayam Tanpa Tersangka
Baca: Tak Masukkan Nama OSO dalam Daftar Calon DPD Dapil Kalbar, KPU Tunggu Panggilan Bareskrim Polri
"Betul, (status) naik siaga sejak hari ini pukul 06.00 WIB," kata Kushendratno saat dihubungi Kompas.com, Kamis (27/12/2018) dilansir Kompas.com.
"Imbauan untuk warga untuk menghindari radius lima kilometer dari Gunung Anak Krakatau," imbau dia.
Hingga saat ini, Tim Tanggap Darurat Erupsi Gunung Anak terus memantau visual aktivitas Gunung Anak Krakatau di pos pantau Pasauran, Cinangka, Kabupaten Serang.
Kushendratno meminta warga untuk tenang dan tidak panik. Pihaknya akan terus melaporkan perkembangan terbaru terkait aktivitas Gunung Anak Krakatau.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyebut, peningkatan status Gunung Anak Krakatau tersebut lantaran masih berlangsung erupsi di kawah gunung.
Pada Kamis (27/12/2018) dini hari, juga terdengar suara dentuman.
Menurut Sutopo, ada beberapa imbauan yang harus diketahui oleh masyarakat terkait peningkatan status Gunung Anak Krakatau.
Satu di antaranya adalah dari PVMBG Badan Gelologi Kementerian ESDM yang merekomendasikan warga dan wisatawan dilarang melakukan aktivitas di dalam radius 5 kilometer dari puncak kawah.
"Karena berbahaya terkena dampak erupsi berupa lontaran batu pijar, awan panas dan abu vulkanik pekat. Di dalam radius 5 kilometer tersebut tidak ada permukiman," kata Sutopo dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (27/12/2018).
Meningkatnya aktivitas Gunung Anak Krakatau juga dikhawatirkan menimbulkan longsoran bawah laut dan memicu tsunami seperti yang terjadi pada Sabtu (22/12/2018) lalu.
Untuk itu, BMKG mengimbau masyarakat dan wisatawan untuk menjauhi area pantai.
"Masyarakat agar tidak melakukan aktivitas di pantai pada radius 500 meter hingga 1 kilometer dari pantai untuk mengantisipasi adanya tsunami susulan," ujar Sutopo.
Sutopo juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaannya.
Ia menyarankan untuk tidak percaya informasi yang belum jelas kecuali yang bersumber PVMBG untuk peringatan dini gunung api dan BMKG terkait peringatan dini tsunami selaku institusi yang resmi.
"Jangan percaya dari informasi yang menyesatkan yang sumbernya tidak dapat dipertanggungjawabkan," pungkas dia.
Berdasarkan laporan MAGMA Indonesia yang diterima Tribunnews, peningkatan status Gunung Anak Krakatau didapat dari hasil pengamatan yang dilakukan sejak Rabu pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB.
Dari pengamatan yang dilakukan KESDM, Badan Geologi, dan PVMBG, tercatat adanya tremor terus menerus dengan amplitudo 8-32 mm.
Sementara angin bertiup lemah hingga sedang ke arah utara dan timur laut Gunung Anak Krakatau.
Bagian kawah Gunung Anak Krakatau juga terpantau kabut dan asap tidak teramati.
Selain itu suara dentuman juga beberapa kali terdengar di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau.
Karena adanya peningkatan status gunung yang terletak di Lampung Selatan ini, masyarakat ataupun wisawatan tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius lima kilometer dari kawah.
Sebelumnya, Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG Daryono, mengunggah sebuah video yang menunjukkan aktivitas Gunung Anak Krakatau via Twitter.
Video tersebut diambil dari pelabuhan Bakauheni, Lampung.
Dalam video Daryono tersebut, tampak petir beberapa kali menyambar di dekat Gunung Anak Krakatau yang tengah mengeluarkan lava pijar.
"Memantau GAK (Gunung Anak Krakatau, red) dari Bakauheni," tulis Daryono.
Sementara pada Rabu (26/12/2018) kemarin, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geologi (BMKG) menjelaskan bahwa abu vulkanik Gunung Anak Krakatau pada pukul 19.00 WIB terpantau mengarah ke Barat Daya - Barat.
Sebaran abu vulkanik Gunung Anak Krakatau sendiri disebutkan mencapai ketinggian lebih dari 10 kilometer.
"Pantauan kondisi cuaca dan sebaran debu vulkanik Gunung Anak Krakatau tanggal 26 Desember jam 19.00 WIB.
Terlihat adanya pola sebaran debu vulkanik dengan arah pergerakan menuju Barat Daya - Barat.
Sebaran debu mencapai ketinggian lebih dari 10 km."
Sebelumnya abu vulkanik Gunung Anak Krakatau dilaporkan telah sampai di Kota Cilegon, Banten pada Rabu sore kemarin.
Beberapa foto yang menunjukkan kendaraan tertutup abu vulkanik tipis tampak beredar di media sosial.
Dikutip dari Kompas.com, Ketua Tim Tanggap Darurat Erupsi Gunung Anak Krakatau Kushendratno meminta masyarakat untuk tetap tenang.
Berdasarkan penjelasan Kushendratno, aktivitas Gunung Anak Krakatau memang tengah meningkat dan mengeluarkan abu vulkanik saat ada letusan.
"Aktivitas Gunung Anak Krakatau sekarang merupakan kesehariannya ketika meningkat, mengeluarkan letusan yang terus-menerus dan mengeluarkan abu dengan hembusan angin ke timur laut mengarah ke Cilegon," kata Kushendratno saat dihubungi oleh Kompas.com, Rabu (26/12/2018).
Berdasarkan laporan bencana Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau memang sudah meningkat sejak 18 Juni 2018.