"Alergi Filsafat Islam?", Berikut Ulasan Ali Akhbar

Ia menjelaskan, Kecerdasan Rasulullah pada saat itu sangat diperhitungkan, karna ajaran yang dibawa sangat berpengaruh besa

Penulis: Muhammad Luthfi | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ ISTIMEWA
Ali Akhbar A.R.L, S.Th.I., M.H, Koordinator Biro Pengembangan Media dan Informasi PKC PMII Kalimantan Barat 

Ia mengatakan, Karena jika tidak demikian maka filsafat Islam akan menjadi suatu deskripsi yang terabaikan. Padahal jika di sikapi lebih mendalam justru ada gagasan besar dan sampai saat ini bisa dinikmati karya pikir dari para filsuf Muslim.

Ia mencontohkan, Seperti misalnya bahwa pemikiran rasional muslim telah ada, Pada masa wasil Ibn 'atha (699-748 M) sebagai tokoh mu'tazilah dalam teologi (kalam) yang rasional. Atau Pada masa Abu Hanifah (699-767 M), Malik (716-796 M), Syafi'i (767-820 M), Ibn Hanbal (780-850 M) yang hidup sebelum kedatangan filsafat yunani melahirkan sebuah gagasan fiqh (yurispudensi) dengan penggunaan nalar rasional dalam penggalian hukum (istinbath) dengan istilah qiyas-istishlah-istishsan dan lain-lain.

Dari penjelasan diatas, Ali menjelaskan itu menunjukkan bahwa sebelum kedatangan logika dan filsafat yunani (filsafat barat), justru dalam sejarah Islam telah ada metodologi (pemikiran Filsafat) yang berlangsung dalam masyarakat Islam, baik dalam hal kalam (teologis) maupun yurispudensi.

Artinya bahwa Filsafat Islam bukanlah berasal dari Yunani (filsafat barat) dan juga bukan merupakan satu kesatuan, melainkan masing-masingnya mempunyai “zeitgeist” tersendiri. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved