Kagum, Mahasiswi Papua Ini Ingin Miliki Tenun Sambas

Ruth Silviana Kandipi mengaku kagum dengan hasil kerajinan tangan khas Sambas

Penulis: Muhammad Luthfi | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/M WAWAN GUNAWAN
Peserta Kirab Pemuda asal Papua saat mengikuti Workshop Tenun Sambas, Ruth Silviana Kandipi. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak M Wawan Gunawan

TRIBUNPONTIANAK.COMID, SAMBAS - Salah satu peserta Kirab Pemuda asal Provinsi Papua yang berkuliah di Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cendrawasih Papua, Ruth Silviana Kandipi mengaku kagum dengan hasil kerajinan tangan khas Sambas, Senin (22/10/2018).

Ruth juga mengatakan dirinya sangat ingin memiliki kain Tenun Sambas itu.

"Kita kagum dengan kerajinan ini, sangat bagus dan menarik. Saya ingin memilikinya tapi mungkin belum sekarang," ujarnya sambil tersenyum beberapa waktu lalu sebelum meninggalkan Sambas.

Ruth mengaku ingin memberikan kain khas Sambas itu untuk oleh-oleh untuk keluarga di kampung halaman, selain itu ia mengatakan juga sangat ingin memilikinya untuk pribadi.

Baca: Putri Papua Belajar Membuat Tenun Sambas

Lebih lanjut, Ruth menceritakan pengalamannya dengan makan beberapa kuliner di Kabupaten Sambas yang di sediakan oleh orang tua asuhnya. Menurutnya, makanan-makanan yang di sajikan enak-enak dan luar biasa.

Hal ini juga menurutnya menunjukkan, bahwa Sambas adalah Kabupaten kaya akan kuliner dan budayanya, tidak hanya itu ia juga menilai Sambas masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan kebersamaan antar masyarakat.

Dalam kesempatan tersebut, Ruth juga memberikan sedikit pandangannya mengenai kondisi pendidikan yang ada di Sambas. Ruth mengaku dirinya memotivasi salah satu anak dari orang tua asuhnya agar melanjutkan ke pendidikan tinggi.

Namun, orang tua asuhnya mengaku cukup berat untuk menggapai hal itu. Karena kondisi dan jarak tempuh dari Sambas menunju ke lokasi pendidikan (Pontianak) juga cukup jauh.

Dalam kesempatan tersebut, Ruth juga menceritakan tentang keinginan seorang anak untuk ikut di Kirab Pemuda kedepannya. Namun sepertinya orang tua dari anak tersebut pesimis, selain jarak yang jauh dari Kota juga masih ada kemungkinan keutamaan memilih anak-anak perkotaan dari pada perdesaan.

Ruth pun mengaku miris melihat hal itu, karena ternyata pemerataan pendidikan belum sepenuhnya terjadi di seluruh negeri.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved