Ekhsan Ajak Masyarakat Pontianak Perbanyak Amaliah-amaliah Mengisi Muharram
"Dalam kegiatan Muharram ini, kita mengajak jemaah ini untuk memperbanyak kegiatan. Seperti amaliah-amaliah yang perlu di tingkatkan,"ujarnya
Penulis: Syahroni | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Syahroni
TRIBUNPONTIANA.CO.ID, PONTIANAK - Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Pontianak, Ekhsan menuturkan momentum peralihan tahun baru islam yang telah memasuki 1440 Hijriah.
Selain mengisi dengan berbagai kegiatan seperti pawai taaruf, umat islam harus mengisinya dengan memperbanyak amaliah-amaliah yang mendekatkan pada yang maha kuasa.
Baca: Cak Nun Tak Mau Dibandingkan dengan Ustadz Abdul Somad, Begini Alasannya
Baca: Postingan Ustadz Abdul Somad Bersama Wanita Non Muslim Ini Jadi Perbincangan
"Dalam kegiatan Muharram ini, kita mengajak jemaah ini untuk memperbanyak kegiatan. Seperti amaliah-amaliah yang perlu di tingkatkan. Misalnya kita mengadakan puasa yang sangat tinggi nilainya yaitu puasa asyura," ucap Ekhsan saat diwawancarai, Selasa (11/9/2018).
Puasa asyura adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 10 Muharram. Ia sebut puasa asyuro mempunyai banyak juga untuk mengenang banyak peristiwa bersejarah terjadi. Pada hari tersebut, yang lebih dikenal sebagai Hari Asyura, Allah SWT menerima pertobatan Nabi Adam AS. Kapal Nabi Nuh terdampar di daratan usai mengarungi banjir besar di hari itu pula.
Selain itu, Nabi Yusuf AS dikeluarkan dari sumur. Lalu Nabi Yunus AS keluar dari perut ikan. Kemudian ada peristiwa Nabi Musa AS selamat dari kejaran Fir'aun, dan Nabi Isa AS dilahirkan.
"Puasa Asyura juha menceritakan pada jaman Nabi Musa atas selamatnya dari kejaran Firaun, jadi mereka berpuasanya pada tanggal 10. Bagi umat Nabi Muhammad itu di sunahkan juga berpuasa pada tanggal 10 muharram," tambahnya.
Lebih lanjut ia jelaskan puasa asyura bisa dilaksanakan sebelumnya, karena nilainya sangat tinggi sama seperti nilai beribadah haji.
"Kemudian tentunya yang kita harapkan sangat signifikan pada muharram ini bukan momentum yang sifatnya wah. Tapi bagaimana nilai-nilai sejarah yang sudah hampir terkubur ini kita munculkan kembali untuk kita sinergikan kembali dalam membangun peradaban-peradaban umat manusia," jelasnya.
Hal ini sangat penting karena nilai-nilai sejarah ini sudah agak sedikit dilupakan. Bagaimana perjuangan-perjuangan keadilan. Bagaimana perjuangan-perjuangan penegakan kebaikan dan sebagainya.
Momentum peralihan tahun islam juga mengingatkan ketoka Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah dan kala itu mereka diboikot oleh Kaum Kafir, mereka di usir dan sebagainya sehingga mereka hijrah ke Madinah untuk membangun peradaban-peradaban umat manusia yang ada di madinah.
Dimana pada saat itu Madinah ada yang jahiliyah, kristen, nasrani, kaum yahudi dan umat islam hadir disambut oleh kaum Anshor. Kota Madinah digelar sebagai Madinah Al Munawaroh kota yang berbudaya dan bersinar.
"Jadi beda karakter masyarakat Mekkah dan Madinah yaitu penanaman islam di Madinah mudah ketimbang di makkah. Jadi momen itu lah yang disebut dengan hijrah," ujarnya.
Selain itu ia mengimbau momentum hijrah ini harus diambil semangat dari hijrah itu bagaimana k menjadikan kehidupan ini penuh dengan semangat.
Semua yang ada dimuka bumi ini disebutnya hijrah. Nabi Adam turun dari syurga ke dunia ini juga hijrah. Termasuk kita yang ada saat ini juga harus hijrah dalam bentuk pemikiran.
Bentuk amaliah atau perbuatan-perbuatan baik. Perubahan perubahan itu adalah hijrah.
"Maka tugas kita adalah bagaimana memaknai nilai-nilai sejarah ini, nilai muharram, nilai hijrah ini yang melahirkan kalender hijriah yang dicetuskan oleh Umar Bin Khatab ini menjadi suatu kekuatan. Walaupun momentum hijriah ini tidak terlalu dimaknai oleh media, paling tidak ada satu sisi yang perlu kita maknai," pungkasnya.