Gempa Lombok
Pengusaha Muda Ini Beli Gitar Elek Yo Ben Rp 1 miliar untuk Bantu Gempa Lombok, Siapa Dia?
Konser amal lelang untuk korban gempa di Lombok diselenggarakan di Indosiar, Rabu (29/8/2018).Satu yang dilelang adalah gitar seharga Rp 1 miliar.
Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Agus Pujianto
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, JAKARTA - Konser amal lelang untuk korban gempa di Lombok diselenggarakan di Indosiar, Rabu (29/8/2018).
Lelang ini digelar sebagai bentuk kepedulian elemen bangsa untuk para korban gemba di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Satu di antara benda yang dilelang adalah gitar milik Elek Yo Ben, grup band yang beranggotakan para Menteri Kabinet Kerja.
Menteri-menteri itu antara lain Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Hanif Dhakiri, Menteri Kementerian Koordinator (Menko) Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi.
Baca: LIVE STREAMING Closing Ceremony Asian Games 2018 Pukul 19.00 WIB, Dihibur 22 Bintang Tamu
Ada juga Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.
Personel lainnya adalah Koordinator Staff Khusus Presiden Teten Masduki.
Pada penawaran awal peserta lelang ada yang berani menawar Rp 100 juta, ada juga yang berani menawar Rp 150 juta.
Namun menjelang lelang ditutup, Co Chair Mayapada Foundation Jonathan Tahir mengangkat tangan dan berani menawar dengan harga Rp 1 miliar.
"Mewakili Tahir Foundation, kami sangat peduli dengan nasib saudara saudara kita di NTB dan membeli gitar ini Rp 1 miliar," kata Jonathan sebelum berfoto bersama dengan seluruh personil Elek Yo Ben.
Jonathan Tahir sendiri merupakan putra ketiga Tahir (Ang Tjoen Ming) dari pernikahannya dengan Rosy Riady.
Selain Jonathan, anak mereka yang lain adalah Jane Tahir dan Victoria Tahir.
Mengutip wikipedia, Tahir lahir di Surabaya pada tahun 1952 di sebuah lingkungan yang rata-rata warganya tergolong tidak mampu.
Baca: Penutupan Asian Games, Minggu Sore Live di SCTV, Ini Daftar Artis hingga Kehadiran Jack Ma
Dia dibesarkan oleh sepasang ayah dan ibu yang menghidupi keluarga dengan membuat becak.
Tahun 1971, dia menamatkan pendidikan menengah atas (SMA) di SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya.
Ketika lulus SMA, Tahir pernah bercita-cita ingin menjadi seorang dokter.
Cita-cita tersebut kandas pada waktu ayahnya mengalami sakit keras hingga tidak sanggup lagi membiayai keluarga.
Akibatnya, Tahir muda harus berhenti kuliah dan melanjutkan bisnis ayahnya di Surabaya.
Namun pada umur 20 tahun, ia mendapat beasiswa di sekolah bisnis di Nanyang Technological University, Singapura.
Di Singapura, Tahir menempuh studi sembari tiap bulan mencari produk di Singapura untuk dijual di Surabaya.
Dia membeli pakaian wanita dan sepeda dari pusat perbelanjaan di Singapura, menjualnya kembali ke Indonesia.
Dari sinilah, ia mendapatkan idenya untuk kapitalisasi produk impor guna membantu biaya sekolahnya.
Baca: Tolak Undangan Ceramah Kerajaan Malaysia, Ustadz Abdul Somad Pilih Datang ke Tempat Ini
Awal dari bisnis garmen yang kemudian serius dia geluti pula.
Di umur 35 tahun, ia bersekolah kembali lalu menyelesaikan pendidikan keuangan di Golden Gates University, California, Amerika Serikat.
Mendirikan bisnis
Pengalaman dan keberaniannya dalam berbisnis pada akhirnya membawanya menjadi seorang pengusaha muda.
Dia dikenal sebagai pengusaha ulet dan memiliki bisnis yang cukup beraneka ragam dan kesemuanya sukses.
Dari garmen lambat laun Dr Tahir muda mulai berani memasuki bidang bisnis lain, dia masuki bidang keuangan.
Di awali dari Mayapada Group yang didirikannya pada 1986, bisnisnya merambat dari dealer mobil, garmen, perbankan, sampai di bidang kesehatan.
Tahun 1990 Bank Mayapada lahir menjadi salah satu bisnis andalannya.
Baca: Marsha Ayuni, Peserta Indonesian Idol Junior 2018 Bawa Netizen ke Marion Jola, Kok Bisa?
Ketika itu, bisnis garmen Mayapada tidak lagi tumbuh, justru bisnis banknya maju pesat.
Saat krisis ekonomi 1998 menghantam negeri, banyak bank pemerintah maupun swasta yang ambruk.
Namun di tengah situasi berbahaya seperti itu, Bank Mayapada tetap bertahan, malah masuk ke pasar Saham Bursa Efek Jakarta.
Aktivitas perbankan Bank Mayapada tidak lumpuh karena ia tidak mengambil kredit dari bank asing sebesar bank-bank di Indonesia pada waktu itu.
Bank Mayapada saat itu masih berfokus pada pengucuran kredit usaha kecil.
Bank Mayapada terus agresif ketika melihat dirinya sukses menghadapi krisis moneter.
Dengan investasi asing seperti US, UAE, dan Singapura, banknya kini memiliki lebih dari 100 cabang di penjuru Indonesia.
Baca: Cinta Laura Ikut Idol Challenge BTS, Netizen Sampai Ucap Ya Allah, Tonton Videonya!
Di 2007, bank ini mendapatkan predikat bank umum terbaik nomor 2 selain bank milik negara.
Penghargaan dikeluarkan oleh majalah InfoBank, majalah tentang bank paling berpengaruh.
Selain perbankan, Mayapada Group masih melanjutkan ekspansinya
Pengembangan bisnis
Kini Tahir tercatat sebagai orang terkaya ke-12 di Indonesia.
Harta kekayaannya saat ini mencapai 2 miliar dollar US$ atau setara dengan 19 trilyun rupiah.
Setelah mendapatkan kesuksesan di bisnis garmen dan perbankan yang dia geluti akhirnya dia mulai melirik ke sektor rumah sakit yang dilanjutkan dengan toko bebas bea serta perusahaan media.
Perusahaan media yang dia lakoni sudah memiliki lisensi Forbes Indonesia.
Baca: Tampil di Penutupan Asian Games, Member Super Junior Posting Kegiatan Selama di Jakarta
Setelah mendapatkan kesuksesan dari bisnis-bisnis itu, dia mulai lagi menunjukkan kekuatan bisnisnya dengan menciptakan perusahan properti sebanyak sebelas perusahaan yang bertempat di Bali, Indonesia dan Singapura.
Sementara itu, mengutip tribunbogor, sejumlah barang yang terjual saat lelang antara lain:
1. Vas bunga milik Menteri Retno dilelang dan laku senilai Rp150 juta
2. Kain tenun khas NTB milik Menteri Budi Karya laku Rp150 juta
3. Menteri Puan melelang jaket Asian Games Rp200 juta
4. Kaus Jonatan Christie Rp400 juta, oleh Sutanto Hartono, Direktur Utama PT Surya Citra Media Tbk, EMTEK Group
5. kaus Anthony Ginting Rp150 juta, oleh Agus Sudaryanto dari BUMN Adikarya
Baca: Siaran Langsung (Live) F1 GP Italia 2018 di Sirkuit Monza
6. Kaus Fajar Alfian/Muhammad Rian Rp100 juta, oleh mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta
7. Raket Kevin Sanjaya/Marcus Gideon Rp300 juta, oleh Tora PT BP dan pengusaha satunya
8. Kaus Kevin Sanjaya Rp100 juta, oleh Adiyasa dari WIKA
9. Kaus Marcus Gideon Rp150 juta, oleh Suryoto dari Utama Karya
10. Pakaian atlet pencak silat total Rp900 juta, oleh Bukalapak, Unilever dan Inul Daratista
11. Pakaian tim voli pantai Rp250 juta, oleh Ari Manopo dari Bank Mandiri, Anton, dan Lita
12. Gitar Menaker Hanif Dhakiri Rp1 miliar, oleh Tahir Foundation.
Video lelang amal untuk gempa Lombok di Indosiar: