Pilpres 2019
Gerakan #2019 GantiPresiden Sampai di Tanah Suci Mekkah, dari Stiker hingga Spanduk
Di tengah jutaan umat Muslim menunaikan Ibadah Haji, sejumlah stiker dan spanduk bertuliskan #2019 GantiPresiden, terpampang di Tanah Haram.
Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Agus Pujianto
"Bismillah. Pertama-tama ingin menegaskan Gerakan #2019GantiPresiden adalah gerakan yg sah, legal & konstitusional.
Konstitusi kita di Pasal 22E menegaskan pemilu diselenggarakan tiap 5 tahun untuk memilih salah satunya Presiden dan Wakil Presiden.
Gerakan #2019GantiPresiden juga sah seperti dijelaskan di Pasal 1 ayat 2 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 kedaulatan adalah di tangan rakyat.
Jadi gerakan yg menjelaskan urgensi #2019GantiPresiden dengan data, analisa & dengan menyodorkan calon lain yang lebih baik agar dipilih pada Pillres 2019.
Ini bagian dari pendidikan politik bagi rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi untuk memilih yang terbaik.
Jadi, gerakan #2019GantiPresiden merupakan antitesa dari gerakan yang sudah bergulir yaitu "Dua Periode" untuk Pak Jokowi.
Ini juga gerakan sah, legal dan konstitusional.
Karena demokrasi justru memerlukan kompetisi.
Baca: Tolak Minta Maaf Pada PKS dan PAN, Andi Arief Sebut Diperintah Partai Soal Mahar 500 Miliar
Baca: Koramil Sedau dan Manggala Agni Singkawang Atasi Karhutla
Dibanding liga Inggris atau Piala Dunia 2018 sekalipun, kompetisi Pilpres 2019 justru jauh lebih penting, lebih signifikan & berimpact tinggi bagi rakyat Indonesia.
ika selama ini rakyat memilihnya karena pesona pribadi, ganteng, sederhana, pandai, figur, tegas, dll. Kita inginkan kompetisi yg lebih substansi, menelisik karaker kepemimpinannya, kualitas kepribadiannya, track record, termasuk kebijakan, program hingga kecenderungannya.
Karena itu Esensi gerakan #2019GantiPresiden adalah sehat dan baik bagi demokrasi.
Berkompetisi yg lebih substantif, menyelesaikan problem bangsa, gagasan tentang hutang negara, bagaimana gagasan soal dunia usaha, gagasan soal demokrasi yg makin terancam.
Memang gerakan #2019GantiPresiden kesannya seperti 'kejam', tapi bahasa lugas kadang diperlukan agar kita sadar.
Dan karena itu pula sejak awal, kami memperkirakan akan ada reaksi.
Fitnah dan serangan ini mungkin bukan yang terakhir.