Ramadan 1439 H
Memburu Lailatul Qadar di Mekkah, Air Mata Tumpah di Depan Ka'bah
Masjidil Haram penuh sesak karena banyak yang menyakini Lailatul Qodar jatuh pada 27 Ramadan...
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Dhita Mutiasari
Menurut Ustaz Ahmad Murawi, yang menjadi Mutawif selama di Mekkah, salat di Masjidil Haram pahalanya dilipatgandakan menjadi 100 ribu kali di banding salat di tempat lainnya.
Alasan lainnya, adalah karena kesyahduan suasana Tarawih dan Witirnya.
Terutama saat imam Masjidil Haram menutup Witir dengan doa Qunut.
Ini bukan Qunut biasa seperti yang dibaca tiap Subuh di Tanah Air, khususnya di kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
Meski di awali dengan Qunut yang biasa dibaca di Indonesia, namun selebihnya seluruh doa terbaik yang dipanjatkan kehadirat Illahi Robbi.
Tak kurang, jemaah berdiri sekitar 15 menit sambil menengadahkan kedua tangan, mendengar ikut doa yang dipanjatkan dengan amat syahdunya.
Adalah Imam Besar Masjidil Haram Asy-Syaikh Abdurrahman bin Abdul Aziz bin Muhammad as-Sudais atau lebih dikenal dengan Abdurrahman as-Sudais, yang memimpin doa.
Doa yang dipanjatkan Sudais penuh kesungguhan, suaranya yang berat bergetar.
Kadang tersekat di kerongkongan karena berusaha menahan tangis.
Jutaan jamaah benar-benar dibuat merinding.
Diaduk emosinya hingga banyak yang tak tahan menahan air mata.
Di sepertiga malam terakhir itu, tangis pun pecah di Masjidil Haram.
Air mata tumpah di depan Ka'bah! Subhanallah, Allahu Akbar!
"Alhamdulillah pas malam itu (27 Ramadan) saya tidak ada ngantuk sedikit pun. Pulangnya malah tambah segar," ujar jamaah UMH Pontianak, Yusru Lailawati.
Tak hanya itu, meski pulang ke hotel Subuh, Yusru mengaku tambah semangat untuk kembali ke Masjidil Haram.