Aplikasi Kencan Online Buat Bahagia? Ini 3 Dampak Psikologis Berdasarkan Studi
Sekitar 1300 mahasiswa ditanyai mengenai penggunaan aplikasi Tinder dan pandangan mereka akan harga diri.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID – Apakah Anda pernah menjalani kencan yang bermula dari aplikasi online atau internet? Online dating atau kencan yang diawali melalui media internet telah populer sejak 2008.
Kini, banyak dari kita yang memakai aplikasi kencan di smartphone. Situs seperti Match.com telah memiliki 7 juta pelanggan berbayar. Tak sedikit pula yang memakai aplikasi smartphone seperti Tinder.
Namun apakah sebenarnya aplikasi kencan tersebut membuat kita bahagia? Rupanya, kencan online atau online dating memiliki dampak dari sisi psikologis.
1 Rasa Rendah Diri
Berdasarkan studi yang dipublikasikan oleh jurnal Body Image pada 2017, online dating atau kencan online juga berpengaruh pada bagaimana kita menilai diri kita sendiri.
Sekitar 1300 mahasiswa ditanyai mengenai penggunaan aplikasi Tinder dan pandangan mereka akan harga diri.
Studi menjelaskan bahwa pria dan wanita pengguna aplikasi kencan onlinemenunjukkan tanda-tanda rasa rendah diri.
Presentase tersebut lebih tinggi daripada mereka yang tidak menggunakan aplikasi kencan.
Umumnya, pengguna Tinder mengalami kepuasan yang rendah terhadap tubuh mereka sendiri.
(Baca: Wartawan Media Online Dihajar Dua Pemuda Hingga Bonyok, Ini Motifnya )
Jessica Strübel, sang peneliti mengatakan bahwa sebagai hasil dari bagaimana aplikasi bekerja dan apa yang dibutuhkan penggunanya, orang-orang di Tinder setelah beberapa saat mungkin akan mengalami depersonalisasi dalam interaksi sosial mereka.
Kesadaran mereka akan penampilan dan tubuh akan meningkat dan selalu merasa ada yang lebih baik dari mereka.
Bahkan, mungkin sampai mempertanyakan harga diri mereka sendiri.
2 Rasa Sakit Akibat Penolakan
Ketika cinta kita ditolak oleh orang yang kita cintai di dunia nyata rasanya menyakitkan, bukan?
Sama halnya dengan di dunia nyata, kita tetap bisa merasakan sakit hati yang sama saat di dunia maya.
Misalnya saja, kerapkali kita tidak mendapat balasan dari orang-orang di aplikasi kencan tersebut.
Selain itu, juga saat kita menyukai profil orang, namun orang tersebut tidak menyukai balik.
Tak sedikit pula, yang menjalani kencan nyata dengan orang yang dikenalnya secara online.
(Baca: Terkait Pemanggilan Bambang Soesatyo, Komisi III DPR RI Kritik Juru Bicara KPK )
Namun setelah bertemu langsung, ternyata teman kencannya tersebut malah menghilang tanpa jejak.
Dilansir dari CNN.com, penelitian pada 2011 oleh Proceedings of The National Academy of Sciences mengungkapkan bahwa penolakan terasa menyakitkan.
Bahkan, perasaan ditolak menstimulasi bagian otak yang sama dengan bagian otak yang memproses luka fisik.
3 Kecanduan, Depresi, dan Kecemasan
Tahun lalu, Match.com telah merilis studi yang berbasis relawan untuk meneliti trend kencan saat ini. Meskipun survey tersebut tidak bersifat saintifik, namun hasilnya cukup mengejutkan.
Hampir 1 dari 6 yang masih single mengaku memiliki kecanduan akan proses pencarian jodoh kencan secara online.
Kaum milenial 125% cenderung merasa kecanduan akan kencan online.
97% pria lebih banyak merasa kecanduan akan kencan dibandingkan wanita yang hanya 54% saja.
Psikolog Alejandro Lleras, profesor Psikologi dari University of Illinois mengungkapkan bahwa orang-orang yang memiliki kecanduan akan internet dan smartphone cenderung mengalami depresi dan kecemasan.