WWF Indonesia Program Kalbar Ajak Bergaya Hidup Hijau

WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat kembali menggedor pintu kesadaran masyarakat perkotaan (urban).

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat membagikan kantong belanja untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridhoino Kristo Sebastianus Melano

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGKAWANG – WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat kembali menggedor pintu kesadaran masyarakat perkotaan (urban).

Bertepatan dengan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional 22 Mei, lembaga konservasi alam ini mengajak warga Pontianak dan sekitarnya untuk bergaya hidup hijau.

“Masyarakat perkotaan perlu mendapat informasi mengenai gaya hidup hijau. Sifat konsumerisme itu selalu berhubungan dengan ketersediaan sumber daya alam dan berdampak langsung pada lingkungan. Hampir semua produk yang tersedia di pasaran bersumber dari alam. Ketika produk itu menjadi sampah dan sulit terurai, akan menjadi masalah bagi lingkungan,” kata Albertus Tjiu, Manajer Program Kalbar WWF-Indonesia di Pontianak, Selasa (22/5/2018).

Baca: Putra Putri Kapuas Hulu Ikuti Bujang Dara Gawai Dayak XXXIII

Albert mencontohkan, jumlah sampah sisa makanan di Kota Pontianak mencapai 66 persen pada 2015. Jika waktu itu jumlah sampah per hari 350 ton, maka sisa makanan saja jumlahnya sudah 231 ton per harinya. Sementara untuk mengolah makanan dan minuman ini diperlukan banyak air bersih dari alam.

Tingkat konsumerisme yang tinggi ini akan bisa dikurangi atau diimbangi jika dibarengi dengan kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

Gaya hidup inilah yang sedang dipromosikan untuk menjaga agar sumber daya alam, agar lingkungan dapat terus memberikan daya dukung bagi kehidupan umat manusia.

“Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi salah satu cara terbaik dalam menerapkan aksi untuk menjaga keberlangsungan keanekaragaman hayati,” cetusnya.

Baca: Imbau Puskesmas Tanggap Bila Temukan Kasus Penyakit Menonjol

Gaya hidup hijau, kata Albert, menjadi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Mengolah, memilih, dan mengonsumsi hasil yang bersumber dari alam serta menjaga kelestarian alam itu sendiri.

Tiga prinsip gaya hidup hijau adalah reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali) dan recycle (daur ulang) menjadi bagian terpenting dalam mengurangi dampak perubahan iklim.

Sumber daya alam yang tidak dikelola secara bijak akan memperparah perubahan iklim di bumi ini, yang secara langsung maupun tidak langsung berdampak kepada keberadaan keanekaragaman hayati di bumi.

Terlepas dari semua itu, jelas Albert, masih diperlukan adanya kampanye penyadartahuan dan sosialisasi kepada masyarakat perkotaan, khususnya di Pontianak dan sekitarnya. “Sekecil apa pun aksi itu, pasti punya dampak positif bagi kelangsungan alam ini,” jelasnya.

Kampanye Hari Keanekaragaman Hayati kali ini menyasar lembaga pendidikan dan pasar rakyat serta rumah ibadah.

Targetnya adalah jamaah Masjid Munzalan Mubarakan dan masyarakat urban yang sedang berbelanja di Pasar Juadah.

Baca: Eks Bomber Subur Persib Bandung Gagalkan Kemenangan Sang Mantan

Caranya dengan membagikan 100 kantong belanja untuk mengurangi penggunaan kantong plastik.

Mengajak masyarakat Kota Pontianak lebih peduli dan bijak untuk lingkungan. Sebanyak 30 remaja mesjid mengikuti acara buka puasa bersama dan sosialisasi tentang satwa liar dilindungi yang diselenggarakan oleh WWF-Indonesia, serta turut didukung oleh Gerakan Earth Hour Pontianak.

Tema yang diusung adalah “Celebrating 25 years of Action for Biodiversity”. Tema ini dipilih untuk menandai peringatan 25 tahun berlakunya Konvensi Keanekaragaman Hayati dan menyoroti kemajuan yang telah dilaksanakan dalam mencapai tujuan konvensi di tingkat nasional hingga internasional.

Di tempat terpisah, Ustadz Marlie Chandra mengatakan bahwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan Fatwa No. 4 Tahun 2014 tentang “Pelestarian Satwa Langka untuk Keseimbangan Ekosistem” dan “Khutbah Jumat Pelestarian Satwa Langka untuk Keseimbangan Ekosistem” pada 22 Januari 2014 lalu.

“Fatwa ini adalah penuntun bagi umat Islam agar dapat mengambil langkah aktif melindungi spesies-spesies langka dan terancam punah,” katanya.

Baca: Mudah dan Hemat Belanja di Indomaret Hanya 5 Hari 25-29 Mei 2018

Menurut Badan Pengawas Yayasan Baitulmaal Munzalan Indonesia ini, selain untuk memperkuat kebijakan pemerintah dalam melestarikan dan melindungi satwa-satwa langka dan terancam punah, fatwa tersebut juga menyoroti prinsip-prinsip inti, kepercayaan akan nilai-nilai dan kontekstualisasi konsep-konsep fiqih pada lingkungan hidup yang erat kaitannya dengan konservasi.

Di dalamnya terdapat ajakan untuk melindungi keanekaragaman hayati terutama spesies yang terancam punah. “Umat Islam perlu kembali pada nilai-nilai agama untuk mengatasi persoalan lingkungan. Termasuk mengubah perilaku agar sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian, makhluk lain dapat hidup bersama-sama secara harmonis,” ucapnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved