Rutan Mako Brimob Rusuh
Rutan Mako Brimob "Dibajak" Napi 40 Jam, Perencanaan Matang Hingga Kuasai Medan?
Aparat kepolisian berhasil kembali menguasai Rutan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok pada Kamis (10/5/2018) pagi pukul 07.15.
Ada 5 anggota Densus 88 dan satu orang napi teroris tewas dalam kerusuhan di Mako Brimob.
Diketahui pula, para napi teroris berhasil merebut senjata petugas dan menyandera satu anggota Densus lainnya.
10. Pukul 17.51:
Lima anggota Densus 88 mendapat kenaikan pangkat luar biasa dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian karena gugur saat bertugas.
11. Pukul 17.57:
Tuntutan para napi teroris kerap berubah-ubah.
Awalnya, mereka protes soal makanan.
Namun, belakangan merekam meminta bertemu dengan terdakwa kasus bom Thamrin, Aman Abdurrahman.
12. Pukul 23.28:
Napi teroris berhasil menguasai seluruh rutan Mako Brimob.
Polisi bahkan tak bisa mendekat ke rutan di blok lain yang menampung tahanan kasus di luar terorisme.
Polisi hanya bisa berjaga di luar gedung.
Kamis, 10 Mei 2018
1. Sekitar pukul 00.00:
Bripka Iwan Sarjana, sandera terakhir berhasil dibebaskan dalam keadaan hidup. Iwan mengalami luka lebam di bagian tubuh dan beberapa bagian tubuh.
Pembebasan Iwan ini adalah hasil negosiasi dengan pihak napi teroris yang meminta makanan.
2. Pukul 02.18:
Satu unit mobil barracuda masuk ke dalam Mako Brimob Kelapa Dua.
3. Pukul 07.15:
Operasi pengambilalihan rutan yang dikuasai tahanan berakhir.
Polisi memberikan ultimatum terlebih dulu untuk para tahanan menyerahkan diri sebelum melakukan penyerbutan.
Ada 145 tahanan yang menyerahkan diri.
Semantara 10 orang lainnya sempat melawan.
Namun, setelah beberapa lama, 10 tahanan itu juga akhirnya menyerahkan diri.
Tak ada korban jiwa dalam operasi pengambilalihan kali ini.
4. Pukul 07.25:
Terdengar bunyi ledakan keras dan suara tembakan dari arah dalam Mako Brimob Kelapa Dua.
Wartawan langsung merunduk untuk berlindung.
Sementara aparat kepolisian terlihat bersiap mengokang senjata.
Polisi mengatakan suara dentuman dan senjata itu sebagai tanda sterilisasi untuk memastikan operasi pengambilalihan berakhir.
Sudah Direncanakan
Pengamat militer dan pertahanan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Muradi berpendapat kerusuhan di rumah tahanan (Rutan) cabang Salemba di Mako Brimob, Kelapa Dua, Kota Depok direncanakan jauh-jauh hari.
"Bahwa soal makanan jadi penyebab, itu soal pemicu (pemantik). Yang pasti, aksi ini direncanakan jauh-jauh hari," kata Muradi via ponselnya, Kamis (10/5/2018).
Salah satu indikatornya, kata dia, sejumlah napi teroris ini bisa menguasai medan tempur di dalam lapas bahkan menewaskan lima anggota Polri, sekalipun satu napi terorisme tewas dalam kerusuhan tersebut.
Pada kerusuhan itu, mereka juga langsung bisa dengan mudah menguasai persenjataan milik Polri.
"Kemudian akses informasi. Para napi teroris yang terlibat ini pascakerusuhan, tidak sampai satu jam bisa menyampaikan pesan pada kantor berita dan media propaganda mereka (Amaq). Kemudian pesan kerusuhan di dalam rumah tahanan menyebar luas ke seluruh dunia," kata Muradi.
Terorisme pada banyak kasus memanfaatkan media informasi untuk menyebarluaskan pesan-pesan teror.
Ia menyayangkan sebagian kalangan menganggap kasus kerusuhan tersebut sebagai upaya pengalihan isu, berkaitan dengan kenaikan mata uang dolar terhadap rupiah mencapai Rp 14 ribu.
"Jangan begitu lah, ini korbannya anggota polri 5 orang lho. Dalam kacamata pertahanan dan keamanan, ini aksi by design jauh-jauh hari oleh mereka," kata Muradi.
Kemudian, pesan lainnya adalah bahwa radikalisasi sekalipun di dalam penjara masih ada bahkan menguat hingga akhirnya mampu melakukan aksi.
"Ini soal tata kelola karena ke depan harus ada perubahan dalam tata kelola penanganan napi terorisme," katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kronologi Lengkap Drama 40 Jam Rusuh di Mako Brimob, Berakhir Usai Suara Dentuman Keras