Tragedi Wakapolres Eksekusi Ipar Sendiri! 6 Tembakan Akhiri Hidup Jumingan
Setelah terdengar suara tembakan, warga melihat Kompol Fahrizal yang masih menenteng senjata api keluar dari rumah bersama ibunya.
"Dulu saya pernah tinggal di depan rumahnya, sebelum pindah ke depan gang. Sudah lama kenal dengan keluarganya. Kebanyakan warga di gang ini pasti tahu dia (Kompol Fahrizal) sedang ada masalah. Bisa dibilang depresi lah," ucap perempuan berkaca mata.
Kronologi versi keluarga dan warga tragedi penembakan yang dilakukan Kompol Fahrizal bermula ketika ia baru saja tiba di rumah, Sukartini, ibu kandungnya di Jalan Tirtosari, Gang Keluarga, Kelurahan Bantan, Medan Tembung.
Sejak bertugas sebagai Wakapolres Lombok Tengah, NTB, Kompol Fahrizal sangat jarang pulang.
Dalam setahun ini, ia baru dua kali pulang ke rumah dan ketika berada di Medan, ia selalu melihat kondisi ibunya yang sedang mengalami sakit lambung.
Setibanya di gang, Kompol Fahrizal yang dikenal bersahaja, menegur dan bersalaman dengan para tetangganya sebelum masuk ke rumah ibunya.
Di dalam rumah, Kompol Fahrizal menemui ibunya yang sedang terbaring di kamar lalu membantunya berjalan menuju ruang tamu.
Kedua kaki Sukartini sedang mengalami sakit sehingga butuh bantuan memapah untuk berjalan.
Di ruang tamu, Kompol Fahrizal bercengkrama sembari memijat-mijat kaki ibunya yang sedang sakit.
Ia juga menawarkan ibunya untuk dirawat di rumah sakit agar lekas sembuh, namun Sukartini menolak.
Tak lama berselang, Kompol Fahrizal bangkit dari tempat duduknya lalu menuju ruang keluarga.
Di ruangan itu, Jun sedang duduk di depan televisi.
Entah apa yang ada di pikirannya, Kompol Fahrizal langsung menodongkan pistol ke arah Jun lalu menembaknya. Jun pun roboh dan bersimbah darah.
Henny Wulandary, istri Jun sekaligus adik kandung Kompol Fahrizal, yang sedang menyeduh teh di dapur, kaget mendengar suara letusan senjata api. Merasa takut dan khawatir, Heni berlari ke kamar menguncinya. (*)
Subscribe now for more Tribun Pontianak Videos: