Hari Tanpa Bayangan Paling Dicari, Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Ilmu Fisika mengajarkan bahwa benda dapat berdiri dengan stabil apabila titik beratnya tepat berada di atas titik tumpuan.

Editor: Marlen Sitinjak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ DESTRIADI YUNAS JUMASANI
Hiasan payung dengan warna warni yang indah untuk dijadikan latar berfoto terbentang di kawasan Tugu Khatulistiwa, Jalan Khatulistiwa, Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (20/3/2018) sore. Hiasan ratusan payung ini dalam rangka menyambut event tahunan pesona titik kulminasi matahari yang jatuh pada tangga 21-23 Maret ini. TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI 

1. Saat Lichun (立春) yang menandakan awal permulaan Musim Semi di Asia Timur. Penetapan hari ini berasal dari kalender tradisional Asia Timur yang membagi tahun menjadi 24 bagian matahari. Lichun dimulai ketika matahari mencapai bujur langit 315° dan berakhir pada saat mencapai garis bujur 330°. Lichun (istilah untuk garis bujur pertama) terjadi pada tanggal 04-05 Februari; dimana biasanya bertepatan atau agak bertepatan (15 hari pertama) dengan perayaan IMLEK.

2. Saat Kau Chun, tanggal 30 bulan 12 penanggalan IMLEK (namun perhitungan tanggalnya bisa berubah-ubah).

3. Pada saat spring/vernal equinox (20 Maret)

4. Pada saat summer solstice (21 Juni)

5. Pada saat autumnal equinox (23 September)

Namun para ilmuwan beranggapan bahwa untuk menegakkan telur dapat dilakukan setiap hari.

Posisi matahari, bulan, dan bintang tidak ada hubungannya dengan aktivitas membuat telur berdiri.

Pada 19 Maret 1945, majalah Life melaporkan bahwa Albert Einstein skeptis bahwa equinox memiliki dampak terhadap keseimbangan telur.

Manajer Planetarium dan Program Sains di Hudson River Museum, Marc Taylor, menyebut hal tersebut sebagai mitos.

"Kamu bisa mencobanya, bahkan jika tak sedang equinox..." ujar Taylor. (*)

Yuk! Follow Akun Instagram @tribunpontianak Berikut Ini:

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved