Hari Tanpa Bayangan Paling Dicari, Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Ilmu Fisika mengajarkan bahwa benda dapat berdiri dengan stabil apabila titik beratnya tepat berada di atas titik tumpuan.

Editor: Marlen Sitinjak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ DESTRIADI YUNAS JUMASANI
Hiasan payung dengan warna warni yang indah untuk dijadikan latar berfoto terbentang di kawasan Tugu Khatulistiwa, Jalan Khatulistiwa, Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (20/3/2018) sore. Hiasan ratusan payung ini dalam rangka menyambut event tahunan pesona titik kulminasi matahari yang jatuh pada tangga 21-23 Maret ini. TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - 'Hari Tanpa Bayangan' menempati posisi kedua paling dicari di Google Indonesia sepanjang Rabu 21 Maret 2018. 

Data dari Google Trends, 'Guillermo Haro' menempati posisi teratas, kemudian 'Hari Tanpa Bayangan' dan berikutnya 'Cinta Penelope'.

Lantas kenapa 'Hari Tanpa Bayangan', bukan kulminasi atau khatulistiwa? 

Baca: Hasil Terawangan Aura, Mbah Mijan Sebut Luna Lucinta dan 2 Artis Terkenal Ini Transgender

Berikut penjelasannya. 

Hari tanpa bayangan dialami sebagian wilayah di dunia, termasuk Indonesia, secara khusus Kota Pontianak.

Fenomena tersebut terjadi karena Matahari akan melintas tepat berada di atas garis ekuator (khatulistiwa) atau equinox.

Menurut pernyataan Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) RI yang diunggah ke akun Facebook-nya, pada 21 Maret 2018 Matahari berada tepat di atas ekuator (khatulistiwa).

Dalam posisi tersebut, Matahari akan bersinar lebih terik sehingga siang akan terasa lebih panas.

Sejumlah orang pun antusias untuk membuktikan fenomena hari tanpa bayangan yang jarang terjadi tersebut.

Istilahnya hari nir bayangan alias hari tanpa bayangan.

Baca: Cowok Lebih Sering Memimpikan Cowok Lain, Apakah Wajar? Inilah 8 Fakta Menarik tentang Mimpi

Dilansir  dari akun Instagram resmi Lembaga Penerangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) RI, @lapan_ri, kejadian seperti ini berlangsung dua kali dalam setahun.

Peristiwa berikutnya terjadi pada 23 September 2018.

Peristiwa ini terjadi lantaran Bumi beredar mengitari Matahari pada jarak 150 juta kilometer dengan periode sekitar 365 hari.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved