Kapolres : Masuk Polisi Pakai Bayar, Orang Yang Tertipu
Sehingga ketika bintara-bintara polisi itu ditempatkan, dia sudah menguasai kultur, etika, dan permasalahan sosial yang ada
Penulis: Alfon Pardosi | Editor: Jamadin
"Kalau pun ada masyarakat punya niatan membayar, itu jelas salah," tegasnya.
Karena sebenarnya setiap prasyarat setiap item itu bisa dipenuhi, kemungkinan sudah sampai pada kemampuan-kemampuan sesuai dengan item-item yang ada.
"Tetapi malah dimanfaatkan kepentingan, sehingga orang-orang merasa karena perbuatan orang lain bisa membantu," jelasnya.
Pedahal menurut Bowo, yang namanya kalau ikut tes, yang bisa membantu adalah setiap peserta yang akan masuk dalam seleksi perekrutmen itu sendiri. Begitu juga untuk yang KKN.
"Kemudian KKN-KKN itu timbul, justru karena ketidakyakinan setiap peserta terhadap performanya dia ketika ikut tes. Sehingga dia berusaha untuk mencari, orang-orang yang bisa membantu. Pedahal mereka tidak punya kapasitas untuk membantu," tambahnya.
(Baca: Meski Musim Hujan, Bhabinkamtibmas Polsek Menyuke Gencar Sosialisasi Karhutla ke Masyarakat )
Sebab panitia-panitia yang ada di tim seleksi itu pun selalu diawasi oleh pengawas-pengawas internal mau pun pengawas eksternal. "Ini yang sering salah kaprah," katanya lagi.
Untuk itu Kapolres mengajak supaya coba dbudayakan, berharap sumber polisi itu juga dari masyarakat yang benar-benar paham. Ketika masuk tidak bayar, ketika jadi polisi pun bisa benar-benar melayani masyarakat dengan baik," harapnya.
Diakui Bowo, dirinya sendiri pun selama jadi polisi, ketika daftar Akpol, ketika tes itu juga tidak pernah gunakan bayaran.
"Jadi sebenarnya kalau ada pernyataan mengenai tidak bayar, sebenarnya itu sebuah kewajaran. Tetapi memang jarang sekali itu disampaikan ke media. Justru yang pakai bayar itu adalah orang-orang yang telah tertipu," tutupnya.