Dinilai Eksploitasi, Yayasan Titian Lestari Sayangkan Rencana Pertunjukan Lumba-lumba di Kubu Raya
Yayasan TITIAN LESTARI mengimbau kepada kepala sekolah dan guru untuk tidak memobilisasi siswanya untuk menyaksikan pentas lumba-lumba tersebut.
Penulis: Muzammilul Abrori | Editor: Dhita Mutiasari
4. Membiarkan lumba-lumba tampil atraksi di pentas sama saja memisahkan mereka dari koloni (kelompok). Secara alami, lumba-lumba menerapkan pola hidup berkoloni (berkelompok), mereka akan berkenalan dengan lumba-lumba lain, mencari makan bersama, dan gotong royong untuk tetap hidup.
Selain itu, mereka juga suka berkelana, memisahkan diri, dan kemudian masuk kedalam komunitas baru. Karena tingkat sosial yang tinggi, lumba-lumba juga bisa disebut sebagai penjelajah samudra yang handal.
Namun, hidup alaminya akan terpasung saat mereka dijadikan bintang di pentas.
Dalam proses training (pelatihan) mereka terpaksa hidup di kolam sempit bersama lumba-lumba lain.
Proses perpindahan dari satu lokasi atraksi ke lokasi lain juga bukan dengan berenang, melainkan diangkut dalam kotak sempit yang dimasukkan dalam truk.
Bahkan kulit mereka pun harus dilapisi mentega agar tetap lembab, ditutupi handuk basah, sambil sesekali disiram air.
Perlakuan yang sangat jauh berbeda dengan cara hidup di habitat asli mereka, ini jelas-jelas bukan upaya pelestarian, melainkan sebuah aksi yang menyebabkan lumba-lumba stres berkepanjangan.
5. Edukasi apa yang didapat penonton dari pentas lumba-lumba?
Penonton riuh dan tepuk tangan saat melihat lumba-lumba melakukan berbagai aktraksi seperti; melompat, melempar bola, menghitung, melewati cincin api dan lainnya. Atraksi ini bukanlah edukasi akan tetapi ekploitasi.
Harus diketahui seperti apa perilaku lumba-lumba di alam liar seperti; lumba- lumba akan memberikan karangan rumput laut untuk para betinanya sebelum mereka melakukan perkawinan?, bagaimana induk lumba-lumba menjaga anaknya?, lumba-lumba melompat hanya untuk mengambil nafas?, lumba-lumba saling bercanda dengan lumba-lumba lain dengan suara ultrasoniknya? dan apakah kita tahu bahwa lumba-lumba sangat cerdas dan mampu mengenal kawannya yang sudah 20 tahun tidak berjumpa?
"Edukasi seperti ini, kami menyakini tidak akan didapat oleh penonton dari pelatih lumba-lumba maupun Event Organizer (EO) penyelenggara pentas," jelasnya.
Terakhir, dia mengungkapkan jika Indonesia satu-satunya negara yang masih ada pentas lumba-lumba.
Indonesia adalah negara terakhir yang masih memperbolehkan pentas lumba-lumba diadakan dari satu kota ke kota lain.
Banyak lumba-lumba yang ikut pentas, mati karena stres, keracunan klorin, hingga karena perawatan yang kurang baik.