Kisah Manusia Kayu Asal Kalbar Saat Telepon Istrinya Sampai Menangis
"Biasa telponan dengan istrinya, bertanya pada saya apakah Pak Munir menyusahkan, saya bilang tidak, biasanya nangis-nangis," terangnya.
Penulis: Chris Hamonangan Pery Pardede | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridho Panji Pradana
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Mas Tazul Munir, manusia kayu asal Kayong Utara ternyata mempunyai kisah menarik yang jarang terekspos.
Ya, kisah ini diketahui setelah satu diantara anak angkatnya, Dewi Gustita atau yang akrab dipanggil Mak Ita menceritakannya.
Baca: Manusia Kayu Asal Kalbar Mengaku Dapat Hidayah! Ramal Jodoh dan Obati Bagian Sensitif
Pertama kali menemui Munir, menurutnya setelah beberapa waktu yang lama berkeliling Kalbar.
"Dulunya awal bapak setelah berkeliling, akhirnya kenal dengan bapak ini, jadi panjang, akhirnya minta nomor hape dan lain sebagainya," katanya, Selasa (30/01/2018).
Baca: 8 Fakta Mas Munir Asal Kalbar, Manusia Kayu Selama 38 Tahun dan Kisah Mistis Masa Lalu!
Semenjak kenal, menurutnya Mas Tazul Munir saat ke Pontianak selalu singgah dirumahnya yang berada dikawasan Jalan Askot, Pontianak Timur, Kota Pontianak.
"Padahal, ada keluarga, sepupu maupun keponakannya di Pontianak, namun betah dirumah saya. Karena dilayani, makan minumnya, kita merasa kasian dengan keadaanya. Saat ditanya kenapa tidak tempat saudara, bapak bilang lain, engkau sudah ku anggap anak sendiri," ungkapnya.
Ia pun mengatakan, manusia kayu asal Kayong Utara yang dikenal sebagai supranatural ini kadang kalau telponan dengan istrinya sampai menangis.
"Biasa telponan dengan istrinya, bertanya pada saya apakah Pak Munir menyusahkan, saya bilang tidak, biasanya nangis-nangis," terangnya.
Di Pontianak, Mas Tazul Munir, kata dia mengobati sejumlah pasiennya.
Mas Munir dibawa menggunakan oplet langganan, dan diangkat ke rumah menggunakan tandu.
Ia sebagai anak angkat membantu Mas Munir untuk sekedar memandikan dan mengikuti serangkaian ritual.
"Kalau ada pasien, dia yang baca kami yang melayani orang mandikan dan sebagainya," katanya.
Ita pun menganggap Munir sebagai orang tua sendiri sehingga mau melayani, makan minum, kopi, hingga bersihkan badannya.
"Bapak orangnya terbuka, sering beri nasehat, malam kalau mau minum kopi dipanggil," katanya.