Kisah Anak Putus Sekolah di Sambas, Kenakan Seragam SMP Teman hingga Minta Dibelikan Kambing
Kami selaku orangtua saat itu sudah berusaha mendorongnya agar tetap terus sekolah
Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Jamadin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Satu di antara orangtua anak putus sekolah, Abdul Fatah (38) mengungkapkan, putra sulungnya bernama Riski Apriadi memang sudah putus sekolah.
"Sekarang usia Riski sudah 12 tahun. Riski putus sekolah saat kelas 3 SD, saat Riski masih berusia sekitar 8 tahun. Kami selaku orangtua saat itu sudah berusaha mendorongnya agar tetap terus sekolah. Sampai di antar jemput ke sekolah. Kami berusaha terus memberikannya semangat, sampai kami bujuk, tapi memang anak saya itu sudah tidak mau sekolah lagi, dia bilang lelah mau sekolah, sudah malas dia mau sekolah," ungkapnya saat ditemui di kediamannya, Kamis (25/1/2018).
Lantaran alasan Riski seperti itu, bapak dua anak ini akhirnya menyerah dan tak ingin memaksakan Riski untuk terus bersekolah.
"Sedih saya melihat anak saya itu tidak mau sekolah. Karena kalau lihat anak-anak kawan saya terus sekolah, tapi melihat anak kami cuma di rumah, ndak mau sekolah, sedih saya," ujarnya.
Anak bungsunya saat ini sudah berusia lebih dari 4 tahun. Fatah berniat, anak keduanya ini akan didaftarkan ke PAUD terdekat, hingga terus mengenyam pendidikan selanjutnya.
(Baca: Endang Sempat Tanyakan Wilma ke Orang Pintar, Jawabannya Bikin Merinding! )
"Kalau saya tanya, Riski ini tidak ada masalah di sekolahnya dulu. Kemungkinan dia ini memang sudah malas mau sekolah lagi. Pernah dia ulangan, belum jam 8 pagi sudah selesai mengisi jawaban soal ulangan. Gurunya bilang, bagus nilainya, bisa dia mengisi jawaban dari soal ulangannya," jelasnya.
Fatah mengaku, tak memahami apa yang membuat Riski enggan sekolah lagi. Keluarga menurut kisahnya, cukup bingung melihat keputusan Riski yang bersikeras tak mau ke sekolah lagi.
"Cuma memang sudah kemauannya begitu, jadi kami susah. Kalau dia bilang ndak ya ndak bisa diubah-ubah. Kadang kalau ditanya alasannya, dia jawab lelah mau nulis. Tapi dia bisa baca dan menulis," terangnya.
Fatah menyesalkan, terhentinya pendidikan putra sulungnya. Ia mengaku tak sampai hati memaksa Riski terus-menerus, namun tak jua membuahkan hasil.
"Menyesalkan saya dia berhenti sekolah. Kemauannya sekolah sudah tidak ada, mau dipaksa-paksakan sekalipun, mikirnya dia sudah besar," ujarnya.
Lantaran tak lagi sekolah, Riski kini mengisi kesehariannya dengan beternak dan memancing ikan.
"Kemarin dia minta belikan kambing, saya belikan. Jadi hari-harinya mencari rumput untuk pakan kambing peliharaannya. Kadang kala dia pergi cari ikan, jadi terserah apa yang disukainyalah. Karakter anaknya ndak suka dipaksa," kisahnya.
(Baca: Desa Pulau Bendu Bentuk Persatuan Pemuda Pemudi, Begini Suasananya )
Kuatnya kemauan Riski berhenti sekolah, menurut Fatah diperkirakan lantaran teman-teman sepermainannya banyak pula yang juga berhenti sekolah.
"Mungkin dipengaruhi lingkungannya bermain. Kawan-kawannya banyak juga yang ndak mau sekolah. Tapi ada juga kawannya yang sekolah, yang sudah SMP," jelasnya.
Fatah mengaku hanya lulusan SD. Pria yang akrab disapa Abing ini, sehari-hari bekerja sebagai buruh meubel.
"Saya bisa baca, menulis dan berhitung. Buktinya saya setiap hari bisa mengukur jendela dan pintu," katanya.
(Baca: Pidato Presiden Jokowi di Pakistan Tuai Beragam Komentar Netizen, Ini Yang Disampaikan )
Fatah mengaku, ia memutuskan tidak melanjutkan ke SMP, lantaran melihat kondisi perekonomian orangtuanya, yang kesulitan membiayai sekolahnya.
"Saya tidak melanjutkan sekolah karena melihat kondisi perekonomian orangtua. Saya sih dulu mau sekolah, tapi keadaan orangtua ndak mampu mau bagaimana lagi, untuk makan sehari-hari saja susah," ujarnya.
Kendati ada program untuk melanjutkan sekolahnya. Fatah mengaku sudah tak berniat lagi, menurutnya ia kini sudah fokus bekerja dan menghidupi keluarganya saja.
"Yang penting bagi saya sekarang, bagaimana untuk menafkahi anak dan istri saya saja," tegasnya.
Dari kisah Fatah, ternyata ada kisah lain yang diungkapkan istrinya, Syafiawati (32).
Syafiawati mengaku, pernah suatu ketika memergoki Riski mengenakan seragam SMP milik teman bermainnya.
Syafiawati kemudian menanyakan kepada anak sulungnya itu, apa mau kembali ke sekolah lagi.
"Saya tanya, mau kah sekolah lagi. Dia bilang, kelas berapa. Kalau mengulang kelas 1 atau kembali di kelas 3 lagi dia ndak mau. Dia bilang, ikutkan Paket lah mak. Tanyakan lah mak sama orang-orang, katanya. Jadi pernah dia bilang mau sekolah lagi, mauk saya mak tapi ikut Paket, katanya begitu," kisahnya.
Syafiawati menduga, Riski mengetahui ada pendidikan Paket A setelah mendengar dari teman-temannya. Lantaran masih ada teman sepermainannya yang sekolah.
"Mungkin saat dia mengenakan baju SMP temannya itu, dipikirannya baru menyesal. Melihat temannya yang tetap sekolah. Tapi mungkin rasa-rasanya dia mau langsung SMP mungkin, karena lihat temannya," sambungnya.
Wanita lulusan SMA yang sehari-hari mengurus rumah tangga ini berharap, Riski benar-benar kembali dapat melanjutkan pendidikannya.