Pasien Kecewa Pelayanan, Ini Penjelasan RSUD SSMA Kota Pontianak

Direktur RSUD Sultan Syarief Muhammad, Drg. Yuliastuti Saripawan, MKes membantah tegas jika pihaknya telah menelantarkan.

Penulis: Syahroni | Editor: Rizky Zulham
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ADELBERTUS CAHYONO
RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Syahroni

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pihak Rumah Sakit Sultan Syarief Muhammad Alkadri yang juga merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah Kota Pontianak membantah mentelantarkan pasien DBD yang akhirnya telah meninggal dunia yaitu anak dari pasangan suami-istri, Muhammad dan Hairiyah, Zahratussyifa yang masih belia yaitu berumur empat tahun.

Direktur RSUD Sultan Syarief Muhammad, Drg. Yuliastuti Saripawan, MKes membantah tegas jika pihaknya telah menelantarkan. Bahkan ia mengklaim telah melakukan penanganan sesuai dengan SOP yang ada.

"Tidak ada masalah sebenarnya, kami sudah menjalankan sesuai SOP. Memang kondisi ICU kota saat itu penuh, kita ndak bisa, dari awal juga menyarankan dirujuk ke tempat yang lain. Waktu itu tempat lain juga penuh, Soedarso belum ada, terpaksa ambil pertolongan pertama, jadi dinaikkan ke atas," kilahnya menjawab, Kamis (18/1/2018).

Baca: DBD Renggut Satu Nyawa di Pontianak, Edi Kamtono Akan Evaluasi Pelayanan di RSUD SSMA

Lebih lanjut ia menjelaskan pihaknya memang telah menangani pasien tersebut. Karena ia sebutkan kasus DBD yang diderita oleh Alm Zahratussyifa sudah dalam keadaan presyok, kondisi sebelum syok.

"Saya tadi sudah rapat, pada prinsipnya kita selalu evaluasi pelayanan. Teman-teman sudah kerja semaksimal mungkin," ucapnya.

Bahkan Saripawan mengklaim jika pihaknya yang menelepon pihak RSUD Soedarso untuk memeberikan rujukan dari RS Kota tersebut. Namun pernyataan dari pihak keluarga pasien, mereka lah yang langsung ke Soedarso untuk menanyakan ruangan dan sempat dibilang kosong tapi keluarga fasien meminta bantuan pada atasan tempatnya bekerja barulah dapat kamar ICU di Soedarso.

Saripawan juga membantah ada pihak ketiga yang menelepon dirinya sehingga keluarga pasien tersebut dapat masuk dan mendapatkan perawatan di RSUD Sultan Syarief Muhammad Alkadrie.

"Yang menelepon untuk rujuk ke Soedarso pun kita yang mencarikan ruangan untuk ICU. Kalau soal telepon dari atasannya, saya juga tidak mengerti, dia tidak telepon ke ibu, dia telepon ke siapa?, saya juga tidak mengerti, karena saya tidak juga terima teleponnya," ucap Saripawan.

Laporan kronologis terkait kasus tersebut ia beberkan baru ada besok (19/1), tapi dalam rapat hari ini (18/1) secara keseluruhan intinya ia mengklaim teman-temannya bekerja semaksimal mungkin untuk menyelamatkan nyawa pasien.

"Hanya posisinya ruang ICU kita kosong atau penuh, kan anak itu harus masuk ICU, karena penuh kita tetap usahakan ditolong dulu, tapi akhirnya dapat ruang ICU di Soedarso. Dirujuk di Soedarso tapi kondisinya memang harus masuk ICU. Kita yang memfasilitasi ke Soedarso, memang SOP seperti itu. Kapasitas kita saat itu ventilator hanya ada tiga, untuk bernapas, yang dibutuhkan untuk saat itu adalah ventilator," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved