DBD Renggut Satu Nyawa di Pontianak, Edi Kamtono Akan Evaluasi Pelayanan di RSUD SSMA

Apabila ada masyarakat yang anaknya terserang DBD kita minta untuk melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan untuk dilakukan tindakan.

Penulis: Syahroni | Editor: Rizky Zulham
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ SYAHRONI
Kasur tempat pembaringan terakhir Alm Zahratussyifa (4) anak semata wayang pasangan Muhammad dan Hairiyah yang meninggal karena DBD, Rabu (17/1/2018) 

Laporan wartawan Tribun Pontianak, Syahroni

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Kota Pontianak telah merenggut nyawa anak dari pasangan suami-istri, Muhammad dan Hairiyah yang harus merelakan kepergian anak semata wayangnya, Zahratussyifa (4), Rabu (17/1/2018) subuh.

Berdasarkan keterangan dari Muhammad jika ia mendapatkan pengalaman yang tak mengenakan terkait pelayanan Rumah Sakit Kota Pontianak, Sultan Syarief Muhammad Alkadrie (SSMA) dan RSUD dr Soedarso.

Hal yang membuatnya kecewa adalah petugas medis yang ada di RS.

"Terserah bapak mau bawa kemana, bisa di Bhayangkara dan Soedarso. Itupun saya sendiri yang menelpon di Bhayangkara ternyata penuh juga. Jadi dia bilang lagi teserah bapak mau dibawa kemana," ujarnya menirukan ucapan petugas medis.

Baca: DBD Renggut Anak Semata Wayang, Muhammad Sayangkan Sisi Lain Pelayanan Kesehatan

Kemudian ada pihak ketiga tempat ia bekerja dan merupakan atasannya menelpon di RS Sultan Muhammad, barulah anaknya dimasukan di UGD dan setelah itu dibawa ke kamar perawatan.

Hanya satu malam di RS Kota Pontianak Sultan Muhammad, ayah yang baru saja kehilangan anak semata wayang ini menceritakan jika anaknya harus dirujuk di RS Soedarso tepatnya Selasa (16/1/2018) sore.

Bahkan ketika dirujuk di Soedarso, pihak Soedarso juga mengatakan kamar penuh dan pihaknya masih memprioritaskan penanganan pasien yang masih menunggu antrean.

Muhammad tak kehabisan akal, iapun mengadu pada pihak ketiga yang merupakan atasannya tersebut.

Setelah atasannya menelpon pihak RS Soedarso, ternyata anaknya boleh dibawa dan dirawat di ICU RS Provinsi tersebut.

Namun tak sampai semalam, sekitar pukul 2 subuh nasib berkata lain, anak semata wayang yang baru empat tahun dilahirkan istrinya menghembuskan nafas terakhir di ICU RS Soedarso.

Muhammad pun meluapkan kesahnya dengan bertanya-tanya apakah seperti itu pelayan yang diberikan pihak RS terhadap masyarakat.

Ia merasa ada sesuatu yang janggal dipikirannya karena bisa masuk perawatan setelah pihak ketiga menelpon RS yang ada, jika tak demikian selalu dibilang tak ada ruangan, padahal ia merupakan pasien umum yang tak menggunakan BPJS.

"Apakah seperti itu pelayanan yang diberikan, bagaimana kalau tidak ada orang dalam yang menelpon pasti kami tidak bisa masuk merawat anak kami," pungkasnya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved