Tetangga Usil dan Suka Iri? Gini Nih Cara Ngadapinnya
Tidak semua orang bahagia melihat kebahagiaan orang lain. Penyakit iri hati memang sudah sejak lama dimiliki manusia.
Penulis: Ayu Nadila | Editor: Rizky Zulham
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Listya Sekar Siwi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Hidup bertetangga gak lepas juga dari konflik yang paling sering adalah keusilan tetangga dan sifat iri terhadap tetangga lainnya, kalau udah gini gimana cara ngadapinnya ya?
Pertanyaan:
Bagaimana caranya bersikap terhadap orang yang sepertinya iri dengan apa yang kita punya. Saya selalu digosipkan dan dibicarakan yang tidak-tidak oleh tetangga padahal bukan seperti itu kebenarannya. Karena omongan tidak mengenakan tersebut nama saya jadi jelek dan saya jadi down. Apa yang harus saya lakukan? Jeni (28) Ambawang
Jawaban:
Tidak semua orang bahagia melihat kebahagiaan orang lain. Penyakit iri hati memang sudah sejak lama dimiliki manusia.
Seringnya penyakit ini dialami oleh lingkungan terdekat kita, contohnya iri hati dengan tetangga, iri hati dengan rekan kerja, bahkan iri hati dengan saudara.
Mengapa hal tersebut terjadi pada lingkungan terdekat? Karena waktu kebersamaan dengan orang-orang tersebut lebih lama, sehingga banyak moment atau peristiwa juga dilalui bersama-sama.
Akhirnya ketika seseorang mendapatkan nilai/hal yang lebih sedangkan dirinya yang juga melalui hal tersebut secara bersama justru tidak mendapatkan nilai/hal yang sama, maka akan memunculkan sifat iri. Kita tidak bisa membuat orang lain merasa iri/tidak, karena memang bersumber dari diri orang tersebut.
Namun kita bisa mencegah atau mengurangi sifat iri dengan tidak memamerkan apa yang kita miliki.
Sifat iri juga bisa terjadi karena ada disskomunikasi, artinya ada proses komunikasi yang salah, sehingga informasi yang disampaikan tidak jelas bahkan informasi tersebut salah.
Seperti yang anda alami saat ini, bila anda merasa benar, sebaiknya anda mendatangi tetangga anda tersebut.
Bukan untuk memarahinya, tetapi untuk memperbaiki kembali komunikasi. Mulailah dengan silaturahmi yang baik, yang menunjukkan anda memiliki empati terhadap mereka, baru kemudian anda meluruskan fakta sebenarnya.
Bila cara-cara tersebut sudah anda lakukan, dan tidak mengubah keadaan, maka artinya anda tidak perlu memikirkan pembicaraan mereka tentang diri anda, karena anda sudah mengetahui bahwa sumber iri tersebut ternyata benar-benar penyakit hati mereka.
Selanjutnya yang anda perlu lakukan adalah tetap optimis dalam menjalani hidup, serta tetap menjaga hubungan silaturahmi dengan mereka.
Sumber: Psikolog, Rika Indarti