Terduga Teroris di Supadio

Hanya Bisa Tabah Putranya Terduga Teroris, Asna Ungkap Komunikasi Terakhir Dengan NH

Untuk memenuhi kebutuhan hidupny, ia hanya dapat mengandalkan kiriman putranya dan kerabat yang berada di desa tersebut.

Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ TITO RAMADHANI
Asna saat berada di rumahnya di Desa Sekudu, Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas, Selasa (28/11/2017). Janda dua anak ini hidup sebatang kara di rumah tersebut, ia mengaku tabah atas ditangkapnya satu putranya oleh Densus 88 Anti Teror. 

Namun lantaran kekurangan biaya, hingga kini belum bisa membangun rumah baru menggantikan rumah yang sekarang didiami Asna.

Beberapa potong pakaian tampak tergantung pada bambu kering yang melintang di antara tiang-tiang di depan rumahnya.

Raut wajah cemas tampak dari wajah wanita berjilbab yang sudah berusia lanjut ini.

Asna merupakan janda dua anak. Namun kedua putranya, zuriat dari suami yang berbeda.

Selain NH, satu putranya saat ini bekerja di Brunei Darussalam. Kedua putranya kini masing-masing sudah berumahtangga.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupny, ia hanya dapat mengandalkan kiriman putranya dan kerabat yang berada di desa tersebut.

Pancaran matanya tampak mengkhawatirkan keadaan putra sulungnya yang kini ditangkap Densus 88 Anti Teror.

"Saya dapat kabarnya tadi malam, jam 12 malam. Yang nyampaikan kabarnya keluarga juga, masih keponakan saya. Jadi disampaikannya lah kabar itu, ya Allah kata saya, langsung menangis saya, tapi saya bersabar, kalau memang tidak terlibat tetap tidak akan ditahan. Saya tabah, saya berserah kepada Allah SWT. Jadi alhamdulillah saya sudah tabah mendengar kabar ini," ungkap wanita berjilbab ini sambil berurai air mata, Selasa (28/11/2017).

Kepala Desa Sekuduk, Lamazi mendampingi Asna di depan rumah Asna, Selasa (28/11/2017). Janda dua anak ini hidup sebatang kara di rumah tersebut, ia mengaku tabah atas ditangkapnya satu putranya oleh Densus 88 Anti Teror.
Kepala Desa Sekuduk, Lamazi mendampingi Asna di depan rumah Asna, Selasa (28/11/2017). Janda dua anak ini hidup sebatang kara di rumah tersebut, ia mengaku tabah atas ditangkapnya satu putranya oleh Densus 88 Anti Teror. (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ TITO RAMADHANI)

Kepala Desa Sekuduk, Lamazi bersama seorang pendamping desa dan keluarganya, tampak mendampingi Asnah.

Sesekali Lamazi menenangkan dan menabahkan hati Asnah.

Menurut keterangan Asna, NH memang sudah lama pindah ke Pontianak. Terlebih setelah menikah, dan kini memiliki 5 orang anak.

"Kemarin dia ada datang hari Sabtu (25/11/2017) malam. Saya kan lagi di rumah warga yang meninggal, dia nelpon, saya tanya siapa. Karena anak saya kan hanya ada dua saja, satu anak saya di Brunei, saya kira anak saya yang dari Brunei. Karena anak saya tidak pernah nelpon malam-malam, palinglah setelah Maghrib anak saya yang di Brunei nelpon saya. Jadi saya pikir ini siapa yang menelpon, halo mak katanya, saya tanya siapa kamu, dia bilang saya mak. Saya tanya, kau dimane nong, dia bilang aku di rumah. Oh iya lah saya bilang begitu," jelasnya.

Asna mengisahkan, ia sempat bertanya kepada NH. Sudah berapa lama NH tiba di rumah. Begitu NH mengatakan baru saja tiba, perlahan-lahan Asna bergegas pulang ke rumah.

"Saya sempat nanyakan, jam berapa dia datang. Dia bilang baru saja sampai. Saya sempat nanya, kenapa tidak mencari mamak, dia bilang letih tadi setelah salat Maghrib dari sana, sampai hujan dari sana sampai ke sini, jadi dia bilang letih, mamak cepat kembali ke rumah katanya. Saya langsung pulang ke rumah nyambut dia," terangnya.

Menurut Asna, putranya saat itu sempat menginap semalam. Namun kembali pulang pada Minggu siang.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved