Profile
Manfaatkan Sosmed Untuk Gerakan Sosial
Meski lahir dan tumbuh di lingkungan perkotaan, tidak membuat Resi Jesita (22) menjadi gadis yang abai pada nasib anak-anak kurang beruntung.
Penulis: Muzammilul Abrori | Editor: Rizky Zulham
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Claudia Liberani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Meski lahir dan tumbuh di lingkungan perkotaan, tidak membuat Resi Jesita (22) menjadi gadis yang abai pada nasib anak-anak kurang beruntung di daerah perbatasan.
Tahun 2015 mahasiswi Ilmu Komunikasi Untan ini menggagas Sekolah Batas Negeri bersama dua teman lainnya untuk memberi akses pendidikan bagi anak-anak daerah perbatasan di Sontas, Entikong, Kalimantan Barat.
Sekolah Batas Negeri (SBN) merupakan satu dari sekian banyak PKM yang dibiayai Dikti pada tahun 2015.
Berbekal kepedulian yang tinggi terhadap sesama, Resi dan teman-temannya mengajar di sana dan membagikan buku. Sampai saat ini SBN masih aktif memantau perkembangan pendidikan anak-anak daerah perbatasan.
"Februari 2017 kemarin kami berangkat lagi ke Dusun Suruh Tembawang, Entikong. Itu dusun paling akhir yang berbatasan langsung dengan Malaysia, 15 menit lagi sampai di Malaysia, kita melihat-lihat keadaan di sana, sekarang kita punya dana dari masyarakat buat ngirim relawan tenaga pengajar, insyaallah ini akan direalisasikan tahun 2018," katanya, Minggu (12/11/2017).
(Baca: Runway Bandara Supadio Banjir, BMKG Sebut Ada Faktor Lain )
Tidak hanya itu, Resi juga merupakan ketua komunitas Ketimbang Ngemis region Kalbar, sebuah komunitas yang memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan kisah orang-orang inspiratif yang tetap bertahan meski memiliki keterbatasan.
Menggunakan media sosial, mereka membantu orang-orang kurang mampu yang mereka temui, kisah mengenai orang-orang tersebut mereka tuliskan dan sebarkan melalui media sosoal Instagram, sebuah pilihan yang cukup bijak mengingat seringnya masyarakat menganggap media sosial membawa hal-hal negatif.
"Di Kalbar sendiri Ketimbang Ngemis baru didirikan tahun 2015. Saya terpilih untuk memegang region Kalbar, untuk foundernya sendiri dari Yogya," ujarnya.
Resi yang menyukai dunia jurnalistik memilih menulis menjadi cara untuk membantu sesama. Dengan merangkul delapan teman lainnya, dia melakukan survey ke lapangan, cross check dan bertemu langsung dengan orang-orang kurang mampu atau sedang tertimpa musibah yang mereka dapatkan informasinya melalui sosial media.
"Kita pernah open donasi ketika ada yang kecelakaan dari Ambawang, respon dari masyarakat sangat baik, kita mengumpulkan donasi sekitar 2 juta lebih dalam hitungan hari. Lalu pernah menulis tentang tukang sol sepatu yang bekerja untuk sekolah adiknya. Kemudian ada yang DM kita dari Lombok dan dia bersedia menjadi donatur untuk membantu sekolah adik tukang sol sepatu itu," jelasnya.
Selain memiliki kepedulian sosial yang sangat tinggi, gadis kelahiran Pontianak, 4 Januari 1995 ini baru saja terpilih menjadi Duta Baca Kalimantan Barat 2017.
Dia berhasil menyisihkan 14 peserta lainnya yang berasal dari berbagai daerah di Kalimantan Barat. Alasannya mengikuti ajang pemilihan Duta Baca karena sejak kecil tertarik pada literasi baca tulis.
"Aku termasuk orang yang suka membaca dan sering bertemu orang-orang yang suka mebaca juga. Tapi ternyata Kalbar itu di urutan 28 dari 34 provinsi di Indonesia. Ini sangat memprihatinkan," katanya.