Kisah Inspiratif Tentara Perempuan Pontianak, Lulus Untan, Nikmati Peran Ibu Sekaligus Prajurit

Dengan potongan rambut khas seorang prajurit wanita, dia tersenyum simpul mempersilakan duduk.

Penulis: Muzammilul Abrori | Editor: Nasaruddin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID / Claudia Liberani
Letkol Sri Widyastuti, Kepala Kantor Oditurat Militer 105 Pontianak Bersama Rekan. 

Dia mengatakan waktu bertemu bersama anak-anaknya tidak banyak, tapi dia mengutamakan kualitas pertemuan mereka.

(Baca: Zenfone 4 Selfie Pro, Jawaban Asus Terhadap Tren Swafoto )

"Untuk membayar absennya saya dalam keseharian mereka, begitu saya pulang ke rumah, waktu saya memang tercurahkan untuk mereka. Saya tidak peduli rumah berantakan, saya kesampingkan dulu dan memilih menemani anak-anak mengerjakan PR atau bermain, kalau saya lapar saya makan apa saja yang ada, saya habiskan waktu untuk anak-anak. Makanya sampai saat ini pun saya masih jadi teman curhat anak perempuan saya," tuturnya.

Ketika banyak yang menganggap tanggung jawab sebagai prajurit perempuan sangat berat, apalagi ketika berkeluarga, dia justru mengatakan menikmatinya.

Kendala memang ada, tapi dia tidak menganggap itu sebuah hambatan.

Dia juga mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Letkol Sri Widyastuti, Kepala Kantor Oditurat Militer 105 Pontianak.
Letkol Sri Widyastuti, Kepala Kantor Oditurat Militer 105 Pontianak. (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID / Claudia Liberani)

Kapan harus bertindak sebagai seorang prajurit dan kapan harus bertindak sebagai seorang perempuan.

Menempatkan diri dalam pelayanan untuk negara dan juga dalam melayani keluarga.

Meski dia dan suami sama-sama prajurit, dia mengaku tidak mendidik mereka dengan gaya militer.

Mereka hanya sepakat untuk menerapkan nilai kedisiplinan.

Sedangkan dalam bekerja dia menerapkan cara kerja yang cerdas, tuntas, dan ikhlas.

"Ketika bekerja kita harus bekerja cerdas, jika tidak bisa menyelesaikan sendiri maka koordinasi dengan yang lain hingga pekerjaan itu tuntas, setelah tuntas, hasil kerja kita akan dinilai orang lain, di sinilah kita harus ikhlas, bagaimana orang menilai pekerjaan kita," ucapnya.

Dia memandang pekerjaannya sama seperti pekerjaan yang lain.

Semua pekerjaan memiliki tanggung jawab, memiliki sisi yang keras dan humanis sesuai porsinya masing-masing.

"Jangan takut menjadi prajurit. Mengabdi untuk negara dan kepentingan orang banyak. Baik laki-laki maupun perempuan," pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved