Merapah Sungai Kapuas, Mencari Rezeki sebagai Pendayung Sampan
Awal yang cukup bersahabat bagi Ismail untuk kembali mendayung, merapah Sungai Kapuas, mengharap secercah rupiah.
Penulis: Faiz Iqbal Maulid | Editor: Rizky Zulham
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Adelbertus Cahyono
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Mentari pagi baru saja muncul di sebelah timur Kota Khatulistiwa, langit cerah nan biru seolah memberitahu tidak akan ada hujan.
Awal yang cukup bersahabat bagi Ismail untuk kembali mendayung, merapah Sungai Kapuas, mengharap secercah rupiah.
Berbekal perahu sekira dua setengah meter panjangnya, pekerjaan Ismail adalah menawarkan jasa penyeberangan bagi warga di sekitar Pasar Tengah dan kawasan Keraton Kadriyah, termasuk Kampung Beting.
"Kalau ada warga yang bukan dari Pasar Tengah dan dekat-dekat Kampung Beting juga boleh naik," seloroh Ismail sembari tersenyum lebar.
(Baca: Menilik Sejarah Pelabuhan Seng Hie di Kota Pontianak )
Ismail telah bersiap siaga sejak pukul enam pagi tadi, semangat kerjanya tak pula pudar meski usianya telah lebih separuh abad.
Bajunya lusuh, kakinya tiada beralas sendal apalagi sepatu, kulit gelapnya seolah menjadi saksi kerja kerasnya selama empat puluh tahun lebih menjadi pendayung perahu di Kota Pontianak.
"Sekali menyeberang cuma 5 ribu per orang," kata Ismail santai.
Di tengah modernisasi yang kian tak terbendung, Ismail tetap pada pendiriannya, tak terlintas di benaknya mengganti dayung tuanya itu dengan mesin modern yang sejatinya memberi kemudahan bagi pekerjaannya.
"Walaupun perahu kawan-kawan sudah pakai mesin, saya tetap tak mau, kayak gini sehat," tegas Ismail bangga.
Tiap kali mendayung, kakek dua puluh cucu ini selalu mengenakan topi, bukan untuk bergaya, melainkan berfungsi sebagai atap kecil guna menutupi wajah keriputnya dari sengatan matahari.
Kala mendayung, mengantarkan pelanggannya memotong Sungai Kapuas, peluh bercampur cipratan air menjadi hal yang biasa bagi Ismail.
"Ya ada lah, dapat sehari cukup untuk makan," kata Ismail.
Meski usianya menjelang senja, Ismail masih terlihat sehat, lincah, bahkan tak pernah sekalipun Ia berhenti mendayung perahunya itu di tengah perjalanan.
"Sanggup saya beberapa kali bolak-balik," tutup Ismail.