Selain Keruh, Warga Keluhkan Gatal Saat Gunakan Air Sungai Teberau
Tidak saat ini saja, dulu sekitar tahun 2010 juga timbul gatal-gatal kalau sudah airnya keruh
Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Jamadin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Kepala Desa Lubuk Dagang, Yudi mengatakan, air Sungai Teberau yang mengalir di desanya selama ini masih dimanfaatkan warga sebagai air utama untuk mandi dan mencuci pakaian.
"Jadi air sungai ini masih digunakan oleh masyarakat kami untuk mandi dan mencuci. Jadi bagaimanalah solusinya, kalau untuk masak dan minum kami di sini memang mengandalkan air hujan," ungkapnya, Rabu (27/9/2017).
Kondisi keruhnya air Sungai Teberau juga dibenarkan Kepala Dusun Dagang Barat, Hadini (47).
Menurutnya, kondisi keruhnya air sungai tersebut selalu berulang. Sejak tahun 2003 kondisi air sungai tersebut terkadang cukup bersih dan kadang kala kembali keruh.
(Baca: Kasus Kaus Ikeh 69 Gemparkan Jagat Maya, Ini Tindakan Pemkab Kubu Raya )
"Dulu juga sering begini, sudah beberapa tahun ya, seingat saya tahun 2003, 2004 sudah keruh seperti ini, sudah parah juga seperti ini, tapi kadang kala. Nah yang terparah kondisi keruhnya saat ini, mungkin sudah ada sebulan terakhir ini. Setiap airnya keruh, timbullah gatal-gatal yang dikeluhkan warga. Tidak saat ini saja, dulu sekitar tahun 2010 juga timbul gatal-gatal kalau sudah airnya keruh," jelasnya.

Kondisi air keruh disertai keluhan gatal-gatal kulit oleh warga saat ini, menurutnya sudah merupakan kelanjutan dari kejadian serupa saat air sungai keruh beberapa tahun terakhir.
"Mungkin karena sudah tak mampu menahan gatal-gatal kulit itulah warga ada yang memasang sepanduk itu, mencoba untuk menyampaikan aspirasi melalui sepanduk itu. Jadi kebetulan air sungai ini keruh, kalau penyakit gatal-gatal di kulit memang sudah lama, walau pun air terlihat bening kelihatannya, memang kualitas airnya sudah kurang bagus untuk digunakan," terangnya.
Menurut Hadini, sudah ada warga masyarakat yang mengeluhkan kepadanya tentang gatal-gatal di kulit jika menggunakan air sungai tersebut untuk mandi.
"Warga masyarakat mengeluhkan gatal-gatal kulit ini. Kondisi keruh atau kabut ini memang dalam beberapa bulan terakhir ini, artinya air sungai ini memang sudah tidak layak digunakan untuk mandi maupun mencuci," ujarnya.
Sebelum dalam kondisi seperti itu, air Sungai Teberau menurut kisahnya digunakan warga sekitar untuk mandi, mencuci hingga untuk dikonsumsi.
"Dulu air sungai ini untuk kami minum, masak, mencuci dan mandi, saat masih jernih. Itu pada saat sebelum Sambas menjadi kabupaten," ungkapnya.
Pada tahun 1987, menurut Hadini masih ada jamban-jamban milik warga di sepanjang aliran sungai. Namun kini sudah banyak jamban-jamban yang dibongkar di tepian sungai, lantaran warga sudah membuat toilet di rumah masing-masing.
"Setelah 1987, jamban-jamban mulai tidak digunakan. Walau saat itu jamban atau kakus digunakan masyarakat tapi tidak mendatangkan penyakit. Kalau sekarang sudah tidak ada jamban di sungai herannya kok ada penyakit gatal-gatal di kulit," jelasnya.