Gigitan Ular Berbisa, Ini Cara Penanganan Paling Tepat dan Sederhana

Tri mengungkapkan, tindakan mengikat bagian tubuh yang tergigit ular itu salah kaprah yang menjadi penyebab utama enselofati.

Editor: Marlen Sitinjak
Kompas.com
Dadang Muhammad Fasa baru berusia enam tahun. Namun keberaniannya luar biasa. Siswa kelas 1 SD ini mampu menaklukkan berbagai jenis ular, dari yang tidak berbisa hingga ular berbisa, seperti kobra dan phiton. 

“Neurotoksin memang berakibat lebih fatal karena bisa menimbulkan kelumpuhan otot pernafasan yang berakibat kematian. Kalau hemotoksin kan racunnya menyerang, membuat pendarahan, jadi matinya itu lama. Kalau neurotoksin matinya cepat,” ucap Tri.

Tri menuturkan, saat seseorang dengan luka gigitan ular, tenaga medis harus dapat mengatur jalannya pernafasan.

Pasien harus segera dibawa ke inkubasi, dipasang fentilator dan dibantu dengan pernapasan buatan. Jika terjadi gagal jatung, tenaga medis dapat melakukan pijat jantung.

Sugiyanto (33) memangku Ananda Yue Riastanto (8)  di teras rumahnya di RT 27/14 Pedukuhan Dhisil, Desa Salamrejo, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Sabtu (9/9/2017).

Teuku Muh Guci S Sugiyanto (33) memangku Ananda Yue Riastanto (8) di teras rumahnya di RT 27/14 Pedukuhan Dhisil, Desa Salamrejo, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Sabtu (9/9/2017). (Kompas.com)

Pelajaran Berharga dari Kasus Ananda yang Lumpuh akibat Gigitan Ular Berbisa

Gigitan ular berbisa tak bisa disepelekan dan butuh penanganan gawat darurat yang tepat. Kasus Ananda Yue Riastanto bisa memberikan pelajaran.

Pada 5 Januari 2017 lalu, Ananda digigit ular weling (Bungarus candidus). Kini, dia mengalami enselofati yang berakibat pada kelumpuhan dan tidak mampu bicara.  

Pakar toksikologi dan bisa ular DR Dr Tri Maharani Sp EM mengatakan, Anda sebenarnya masih beruntung sebab masih bisa bertahan hidup.

“Kemarin waktu saya tanya ke orang tuanya itu, dia gigit waktu rumah itu baru dibangun. Sudah biasa ular weling itu di tanah. Ananda itu tidurnya beralaskan tikar. Nah terus digigit,” kata Tri saat dihubungi Kompas.com, Minggu (10/9/2017).

Setelah gigitan terjadi, orang tua Ananda mengikat bekas gigitan ular. Tujuannya agar bisa ular tidak menjelar ke seluruh tubuh.

Tri mengungkapkan, tindakan mengikat bagian tubuh yang tergigit ular itu salah kaprah yang menjadi penyebab utama enselofati.

Menurut Tri, bagian tubuh yang digigit ular seharusnya tak perlu diikat, tetapi tak dibiarkan bergerak agar racun ular tak menyebar ke bagian tubuh yang lain.

Ikatan pada bagian tubuh tertentu yang digigit, bila tak disertai dengan imobilisasi, masih memungkinan bisa menyebar ke bagian lain.

Bila bisa menyebar, dampaknya bisa melumpuhkan otot-otot pernafasan. Bila terlalu lama, kondisi itu bisa berakhir pada kematian.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved