Kisah Rinton Girsang, Dari Seorang Polisi Hingga Driver Go-Jek

Saya masukan berkas untuk menikah, namun katanya tidak bisa, karena akan diberhentikan dengan hormat.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID / RIDHO PANJI PRADANA
Rinton Girsang (36) menggunakan jaket Go-Jek foto bersama Istriny, Elfira Butarbutar saat ditemui Tribun Pontianak 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridho Panji Pradana

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Masih ingat dengan Rinton Girsang? Salah seorang terduga pelaku bom diri di Kampung Melayu Jakarta Timur, yang ternyata adalah Purn Polisi telah menjadi Driver Go-Jek di Kota Pontianak.

Ditemui disalah satu warung kopi Kota Pontianak, Rinton Girsang (36) yang menggunakan jaket Go-Jek bewarna khas kehijauan, tiba bersama istrinya, Elfira Butarbutar (35).

Saat ditanya mengenai pekerjaan barunya, mantan anggota Brimob Polda Sumut ini pun hanya tersenyum.

"Kalau memang ini jalan terbaik, apa salahnya kita jalankan, kami juga berharap kalau bisa sampai kepada orang yang ada kebijakan, jadi mereka bukan hanya mendengar tapi juga kebijakan kepada saya. Maklumlah, menjadi Go-Jek sekitar 16 jam kerja," ujar Rinton Girsang.

(Baca: Laju Kendaraan Personel Lanud Diberhentikan, Ini yang Terjadi )

Sembari menikmati minuman yang telah dipesannya disalah satu warung kopi tersebut, Ia pun mengatakan, sebelum menjadi seorang driver Go-Jek, sempat pula membuka warung kelontong dikompek perumahannya yang berada di Jalan 28 Oktober Pontianak Timur.

"Dulu berjualan di rumah, sambil nunggu masukan lamaran kerja, sudah sekitar 50 lebih masukan surat lamaran kerja, namun tidak ada yang memanggil," katanya.

Namun, kata dia, ketika telah masuk menjadi seorang driver Go-Jek sempat pula panggilan disuruh menghadap, namun ketika akan menghadap malah dipending, karena perubahan dari user perusahaan yang memanggilnya.

Menjadi seorang driver Go-Jek sudah sekitar dua bulan, menurutnya tantangan terbesar adalah faktor dilapangan.

(Baca: Ayo Donasikan Buku Untuk Anak-anak Kurang Mampu )

Ia sendiri baru dua tahun di Kota Pontianak, masih belum tahu percis alamat dan sekuk beluk kota Khatulistiwa ini, walaupun telah ada tekhnologi GPS, namun GPS, kata dia terkadang tidak tepat dan pasti.

"Pernah ada order didaerah Bandara Supadio arah Rasau, jam 23.00 WIB pesanan KFC Serdam, saya pergi ikutkan GPS rupanya ke kuburan. Setelah keluar dari situ, yang order nelepon ternyata di dalam kompleks. Selain itu, ada juga yang order makanan dicancel ditempat yang mahal lagi, ujung-ujungnya dibawa pulang, dan makan bersama istri," ungkapnya.

Dalam perhari menjadi driver Go-Jek, dikatakannya harus menyampaikan 20 point, jika performa bagus akan mendapat bonus sekitar Rp. 80ribu per harinya.

Namun untuk gaji sendiri, Ia mengatakan tidak bisa dipastikan, karena potongan konsumsimya pribadi seperti merokok, makan dan bensin.

Pria bertubuh kekar dan sedikit brewok ini pun menceritakan kisah yang pernah dialaminya sehingga dipensiunkan yang dianggapnya sepihak.

Pada tahun 2005, kata dia, berawal dari mengawal dana perusahaan yang bergerak dibidang jual beli kelapa sawit, dan setiap hari mengambil dana dan diantar ke supplier, sesuai dengan perintah komando.

Disuatu saat kejadian, lanjut Rinton, setelah mengambil uang dari Bank Panin di Sumut, sekitar setengah kilo meter terjadilah kejadian perampokan.

Perampok tersebut dua orang, menurutnya tampak menunggu disebuah wartel saat itu, setelah lewat perampok pun mengejar menggunakan sepeda motor jenis ninja.

"Jadi yang mengendarai standbye, yang dibonceng memberhentikan kami dengan menodongkan senjata untuk mendatangi supir, saya tembak kena senjatanya rusak tidak bisa membalas, lalu saya lihat dari pintu kaca supir mobil, pelaku tersebut mau membalas dengan coba mengokang senjata, tidak bisa, jadi saya tembak kepalanya sehingga tersungkur dan saya selesaikan disitu, satu di antaranya kabur, yang membawa motor," cerita Purn anggota Brimob Polda Sumut ini.

Dari saat itulah, Ia tidak tahu ada penyakit datang, tapi, kata dia siapalah yang mau sakit dan tiga tahun kemudian Ia pun merasakan ketegangan.

"Karena, pasukan kalau sudah pernah membunuh, mau lagi, tapi kita mau jika tidak sesuai prosedur tidak mungkin. Tegang dan situasi membuat saya terbayang-bayang, dikejar bayangan, tidak mungkin saya di kompi, jauh dari rumah sakit kepolisian," tuturnya.

Dulu, katanya anggota polisi belum ada yang gunakan BPJS untuk berobat, jadi tidak bisa kerumah sakit lain, jika diluar rumah sakit Polda harus menggunakan biaya sendiri.

"Saya pindah ke kompi yang dekat rumah sakit Polda, disitu dua tahun karena tidak jauh dari keluarga akhirnya pindah lagi ke kompi yang dekat dengan keluarga yang menjadi kompi terakhir," ujarnya.

(Baca: Digugat Cerai Suami Usai Disawer Pengacara Ternama, Wanita Ini Langsung Klarifikasi )

Tidak lama berselang, Kapolda Sumut kata dia, diketahui memerintahkan bagian tim penguji kesehatan Polri, untuk mengecek anggota yang sakit, dan jika ada akan diberhentikan dengan hormat.

"Tapi kitakan punya hak, selama enam kali berturut-turut selama tiga tahun ada hak cuti, namun tidak pernah diberikan, malah dikeluarkan SK-nya, dan tidak ada sidang, penandatangan satu pun tidak ada," terangnya.

Rinton Girsang pun bercerita sisi lainnya sebelum di PDH dan mengusulkan untuk menikah kantor, namun bukan dengan istrinya saat ini, melainkan dengan seseorang.

"Saya masukan berkas untuk menikah, namun katanya tidak bisa, karena akan diberhentikan dengan hormat. Saya pun bingung, salah saya apa, padahal menikah adalah obat bagi diri saya. Udah begitu naik pangkat ke Bripka juga tidak diberikan, saya sabar saja. Ternyata jadi benaran dipensiunkan," timpalnya.

Padahal, Rinton sendiri telah diplot untuk membangun aula di kompinya.

"Setiap hari disitu dan dijalani, sehingga tiba-tiba drop, opname, pulang dinas lagi, jadi saya dikategorikan berhentikan dengan hormat dari seluruh jajaran Polda Sumut ada 48 orang dari awalnya 59 orang," ujarnya.

Kapolda Sumut saat itu, menurutnya adalah Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro.

"Aku sebagai pribadi juga malu, dengan status stakes 4, bapak saya sampai jantungan meninggal dunia didepan mata saya," ceritanya.

Pensiun dini tersebut, menurutnya tidaklah mengikuti prosedur karena sepihak.

Sebelum SK keluar, Ia pun pernah menghadap Kapolda Sumut, Kasat Brimob dan SDM Polda Sumut, pernah buat surat ke Kapolres Sumut namun tidak ditanggapi, selain itu buat surat peninjauan kembali dari Sat Brimon ditujukan ke Polda tapi tidak mempunyai tanggapan maupun respon.

"Akhirnya berjalan sampai dengan keluar SK pensiun dini, tapi saya tidak terima, yang diterima SK tunjungan mantan anggota Polri, akhirnya saya bergerak ke Kalbar, bertemu dengan Elfira Butarbutar (35), kami selesaikan nikah kami," kata dia.

Rinton yang tampak tak menyerah, setelah menikah dengan pujaan hatinya saatnini, kembali membuat surat kembali ke pihak Polda, ke Polri, Komisi III sampai dengan Ombudsman Sumut namun tetap tidak ditanggapi, sehingga Ia membuat surat terbuka ke RI-1 melalui media sosial Facebook, namun tidak juga ada tanggapan.

"Semoga harapan saya sampai ke bapak-bapak yang mempunyai kebijakan, agar bisa membantu saya kembali ke Brimob Polri. Bagaimanapun masih cinta kedinasan dan mengabdi kepada nusa dan bangsa. Contohnya dengan Go-Jek tetap melayani masyarakat," harapnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved