Mengabdi Puluhan Tahun di Perbatasan Temajuk, Arsy'i Dambakan Layanan Internet
Satu di antara Guru SDN 19 Temajuk, Arsy'i mengungkapkan awal dioperasikannya sekolah tempatnya mengabdi.
Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Dhita Mutiasari
"Kalau jalan kaki saat hujan pakai mantel sebenarnya bisa, tapi mungkin agak jadi tradisi di sini, kalau hujan tidak sekolah. Cuma sekarang ini sudah berkurang yang seperti itu. Kalau dulu, istilahnya guru yang cari murid, itu tahun 1980 sampai 1990-an. Kalau sekarang alhamdulillah, semangat anak-anak di sini sudah luar biasa, mungkin didukung orangtuanya," urainya.
Arsy'i bersyukur, dengan kerap hadirnya mahasisnya Kuliah Kerja Nyata (KKN) UGM yang datang di desanya. Sehingga memberikan dampak kepedulian warga desanya terhadap pendidikan anak-anak di Temajuk.
"Kalau sekarang alhamdulillah, sudah agak lumayan. Mungkin salah satunya karena seringnya mahasiswa dari luar itu, masuk KKN ke sini, terutama yang dari UGM. Mahasiswa dari UGM itu datangnya ramai, di tempatkan bukan di pos, tapi ditempatkan atau ditumpangkan di rumah-rumah masyarakat. Sehingga mahasiswa yang menginap di rumah warga, kasih semangat dan pengertian ke orangtua dan anak, akhirnya orangtua jadi peduli kepada pendidikan anak-anaknya, sampai sekarang itu sudah ada yang kuliah," paparnya.
Menurutnya, semangat anak-anak dengan orangtua-lah yang penting. Karena berdasarkan kisahnya, saat awal ia bertugas dulu, ia kerap melihat anak-anak di Temajuk yang putus sekolah.
"Kalau anak-anak ndak didukung orangtua manalah, kita pun tahu kalau yang namanya anak-anak kan sukanya main, kalau yang namanya ndak sekolah paling suka mereka kan. Bantu bapak, bantu mama ayo ke kebun, pasti dia mau, malah anaknya disuruh berhenti sekolah. Dulu itu banyak anak-anak yang putus sekolah di Temajuk, itu sewaktu SD Negeri hanya ada satu di sini. SD kadang sampai selesai, masih kelas 3 atau kelas 4 sudah berhenti. Ada yang tamat, sudah putus, ndak melanjutkan ke SMP," jelasnya.
Kemudian akhirnya diajukan ke Dinas Pendidikan, warga meminta agar anak-anak tidak putus sekolah, sehingga hadirlah SMP Negeri.
"Supaya anak-anak bisa melanjutkan. Karena anak-anak di sini kan banyak yang ndak mampu orangtuanya. Begitu sudah dibikin SMP, prosesnya sudah berjalan. Anak-anak ini tamat SMP, banyak yang putus sekolah. Kemudian diminta tolong lagi dibikinkan SMA. Sehingga sekarang sudah ada SMA Negeri di sini," ujarnya.
Ada 198 siswa yang terbagi dalam 8 rombongan belajar (rombel). Kelas 1 sebanyak satu kelas, Kelas 2 satu kelas, Kelas 3 ada dua kelas, kelas 4 satu kelas, kelas 5 dua kelas dan kelas 6 satu kelas.
"Kalau dari Dinas Pendidikan atau UPT sering juga ke sini, terutama saat Ujian Nasional ada datang, kadang ada penyampaian sosialisasi mereka juga datang," ujarnya.
Arsy'i mengatakan, di desanya belum sama sekali ada layanan internet. Padahal, sekolah-sekolah yang ada di Temajuk, sangat membutuhkan layanan tersebut.
"Di sini layanan akses internet belum ada, kami guru-guru di sini jelas butuh. Kalau urusan sekolah sekarang itu banyak menggunakan online, malah sekarang untuk sertifikasi sekarang tandatangannya pakai online, di Temajuk ini mana ada jaringan internet, artinya kami harus turun ke Paloh. Akhirnya meninggalkan tugas mengajar, begitu pula untuk input data Dapodik, itu agak besar biaya transportasi operatornya itu. Untuk operator dalam satu pekerjaan, transportasi lain, pulsa lain, ada juga bantu di bidang lain, jadinya sekitar Rp 20 juta lebih per tahun. Kalau kami tidak begitu, ketinggalan terus, malah khawatirnya nanti ndak terdata," paparnya.
Kebutuhan akan layanan internet menurutnya tak hanya bagi guru dan operasinal sekolah. Pelajar di Temajuk sangat mendambakan layanan internet untuk dapat mengakses informasi.
"Di sini kami memang butuh jaringan akses layanan internet, itu kendala kami selama ini. Harapan kami, pemerintah dapat menghadirkan jaringan internet yang teknologi termutakhirlah di sini, seperti jaringan 4G, karena kampung negara tetangga (Telok Melano, Malaysia) saja sudah 4G, bahkan jaringannya sampai di Dusun Sempadan sini, hanya saja harus menggunakan kartu operator Malaysia," terangnya.
Walau begitu, Arsy'i mengaku masih bersyukur, lantaran masih dapat berkomunikasi dengan dinas, kerabat maupun keluarga melalui telepon maupun pesan singkat (SMS). Kendati tidak semua wilayah di Temajuk tercover sinyal dengan baik.
"Jaringan telepon seluler di sini yang ada sekarang hanya untuk telpon dan sms, tapi tidak semua wilayah Temajuk, hanya di tempat tertentu saja," sambungnya.