Breaking News

Puskesmas Anjongan Imbau Warga yang Demam Cepat Berobat

Kita sudah melakukan penyemprotan, abatesasi, penyuluhan untuk mereka melakukan PSM itu sudah kita lakukan

Penulis: Dhita Mutiasari | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID / DHITA MUTIASARI
Habib Abdul Rahman (44) saat menunjukkan foto mendiang putranya Habib Muhammad Rahul (12) yang meninggal akibat DBD dikediaman keluarganya di barak pengungsian Surya Bina Jaya di Anjongan Melancar Kecamatan Anjongan Kabupaten Mempawah, Kamis (27/4). 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Dhita Mutiasari

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH  - Menanggapi keinginan dari keluarga korban bocah komplek barak pengungsian Surya Bina Jaya yang meninggal dunia akibat dugaan DBD, Dinas Kesehatan Mempawah, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Mempawah melalui Puskesmas Anjongan mengaku telah mengambil langkah dalam antisipasi persoalan ini.

"Kita sudah melakukan penyemprotan, abatesasi, penyuluhan untuk mereka melakukan PSM itu sudah kita lakukan,"ujar kepala Puskesmas Anjongan, Sumaryono kepada Tribun, Jumat (28/4/2017).

Ia membenarkan adanya bocah bernama Habib Muhammad Rahul (12) yang datang ke puskesmas Anjongan saat dilakukan diagnosa dan pemeriksaan NS1 hasilnya tidak menunjukkan DBD.

"Hasilnya deposit tinggi, trombosit rendah namun hb rendah langsung cek DBD dan negatif," tambahnya.

Dari hasil tes untuk mengindikasi apakah terkena DBD positif atau tidak melalui NS1. "Jadi setiap demam 3hari atau lebih kita cek jadi positif, maka kemungkinan takutnya ini malah sudah melewati masa kritis,"ujarnya. Karena DBD dikatakannya masa kritisnya 5-6 hari.

(Baca: Kebakaran di Pemangkat, Rumiati Berteriak Histeris Minta Tolong)

Sehingga ketika penderita dapat melewati masa kritis maka pasien dapat dinyatakan sembuh.

Namun sebaliknya jika pasien tidak dapat melewati masa kritis dan tidak mampu ditangani maka dapat menyebabkan hal yang fatal hingga meninggal dunia.

"Kemungkinan sudah lewat masa kritisnya sehingga hasil tes NS1 itu negatif,"jelasnya. Hanya ia mengaku, dengan adanya kejadian ini yang diakuinya pertama kalinya di Kecamatan Anjongan ini, pihaknya belum bisa mengambil kesimpulan.

Namun pada saat dirujuk ke RSUD dr Rubini Mempawah. Namun ketika akan dirujuk dari rumah sakit Mempawah, Rahul malah meninggal diperjalanan. Ia lantas mengatakan saat mendapati pasien Rahul ini meninggal dunia, maka kemudian 2 hari berikutnya mereka langsung melakukan langkah tindak lanjut

"Kita langsung melakukan penyemprotan (fooging) dan sosialisasi dengan RT bahwa agar dilakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSM),"ujarnya.

Kemudian dikatakannya, sebetulnya pihaknya sudah melakukan langkah hanya saja dikatakannya adanya keterlambatan orang tua korban membawa anaknya ke puskesmas.

"Mungkin demam ini dianggap enteng atau bagaimana, maunya ditahan, namun saat dia datang sudah terlambat," ujarnya.

Kemudian terkait adanya kekhawatiran warga sekitar adanya wabah DBD, ia juga sudah menyarankan kepada masyarakat untuk segera berobat dan datang ke puskesmas ketika gejala demam.

"Saya sudah sarankan kepada mereka ketika demam segera datang ke puskesmas agar segera dilakukan cek darah,"ujarnya. Hal ini agar dapat dilakukan penanganan segera kepada pasien ketika terindikasi DBD hingga tidak berakibat fatal. Jika hanya melakukan abatesasi dan penyemprotan saja tidak akan maksimal. "Bukan patokan untuk penyelesaian masalah,"ujarnya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved