Lestarikan Budaya Mencerminkan Kearifan Suatu Bangsa

Karena untuk menyelenggarakan kegiatan ini, akan terasa mudah jika dilaksanakan dengan gotong royong

Penulis: Rizky Zulham | Editor: Jamadin
TRIBUN PONTIANAK / ANESH VIDUKA
Panitia saat meninjau sajian makanan peserta Festival Saprahan yang diselenggarakan oleh tim penggerak PKK kota Pontianak bekerjasama dengan Pemerintah kota Pontianak dalam rangka meriahkan HUT ke-245 kota Pontianak, di Pontianak Convention Center (PCC) Jl Sultan Abdurrahman, Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (11/10/2016). Festival Saprahan yang ke tiga kalinya ini di ikuti oleh 29 peserta dari 29 kelurahan se Kota Pontianak. TRIBUN PONTIANAK / ANESH VIDUKA 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Rizky Zulham

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Tim Penggerak Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Pontianak menggelar festival saprahan dalam rangka hari jadi PEmerintah Kota Pontianak ke-245 di Gedung Pontianak Convention Center (PCC), Selasa (11/10/2016). Kegiatan berlangsung semarak dengan menampilkan makanan khas Melayu diikuti sebanyak 29 peserta perwakilan dari 29 keluarahan se-Kota Pontianak.

Saprahan merupakan adat makan dengan duduk bersila bersama. Dengan makanan yang disajikan berupa makanan has Melayu seperti pajri nenas, semur daging, dalca, acar, air serbat dan nasi kebuli yang khas tanpa dicampur daging.

Kelurahan Benua Melayu Laut keluar sebagai juara diikuti Kelurahan Tanjung Hulu, Keluarahan Dalam Bugis, Keluarahan Batulayang, Keluarahan Tanjung Hilir dan Keluarahan Banjar Serasan.

Ketua TP-PKK Kota Pontianak Lismaryani Sutarmidji menuturkan kesabaran mengembangkan dan melestarikan budaya mencerminkan kearifan suatu bangsa. "Karena untuk menyelenggarakan kegiatan ini, akan terasa mudah jika dilaksanakan dengan gotong royong," ujarnya.

Menurutnya, dari tradisi makan Saprahan ini dapat menjalin kebersamaan dan silaturahmi. "Serta solidaritas yang tinggi. Dan kami berharap kegiatan ini dapat dijadikan sebagai program kerja PKK secara rutin. Dan Alhamdulillah Festival Saprahan tahun ini ada peningkatan dari jumlah peserta," jelasnya.

Pada pelaksanaan tahun sebelumnya hanya diikuti sebnayak 18 peserta, sementara tahun ini diikuti 29 peserta dari masing-masing kelurahan yang ada.

"Dengan tujuan melestarikan adat budaya Melayu di Pontianak. Karena masing-masing daerah itu berbeda, kalau di Pontianak hidangannya disusun memanjang berbeda kalau di Sambas di simpan di dalam baki," paparnya.

Dengan menetapkan festival saprahan ini sebagai program kerja PKK diharapkan mampu terus melestarikan budaya yang ada. "Tahun depan encananya akan melibatkan pelajar. Insya Allah tahun depan jika tidak ada kendala festival ini akan dilaksanakan di tempat terbuka di Taman Alun kapuas," ungkapnya.

Ketua Panitia Yanieta Arbiastuti Edi Kamtono menambahkan saprahan ini merupakan adat makan dengan duduk bersila bersama. "Dengan tujuan mempererat tali silaturahmi dan ini yang ketiga kalinya dengan bersinergi bersama Pemkot Pontianak. Ini akan dijadikan kegiatan rutin kami," katanya.

Dalam festival ini, lanjutnya, peserta menyajikan sajian makanan khas Pontianak. Dengan kriteria penilaian di antaranya menu, rasa, kerapian, penataan, adab dan kekompakan peserta lomba.

Wali Kota Pontianak Sutarmidji menuturkan dari kegiatan ini sebagai upaya untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang ada di Kota Pontianak. "Yang identik dengan budaya dan tradisi Melayu. Tradisi ini sangat bagus karena lebit mempererat hubungan pimpinan dan yang dipimpinnya. Juga adab menghormati makanan maupun yang makan," tuturnya.

"Saprahan ini juga melahirkan manusia yang penuh inovasi. Sebagai contoh, potongan pajri nanas kalau dulu setengah lingkaran atau satu lingkaran. Nah sekarang sudah bisa didesain seperti bunga. Jadi inovasi bukan harus modernisasi dan bukan restorasi," imbuhnya.qky)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved