Kelicikan dan Rekayasa Busuk Dimas Kanjeng Akhirnya Terungkap, Minyak dan Keris Jadi Alat
Bibi menjelaskan, sejak September 2010 lalu suaminya sering mengadakan pertemuan dengan pengikutnya di lantai dua ruko miliknya.
Sebelum ditemukan tewas mengenaskan, Bibi kehilangan suaminya. Saat itu Ismail akan menunaikan salat Magrib di masjid yang tak jauh dari rumahnya.
BACA JUGA: Polisi Beberkan Ada 16 Pengikut Dimas Kanjeng di Rasau dan Sungai Pinyuh
Tak ketahuan di mana suaminya, Bibi melapor ke Polres Situbondo. Setelah 1.5 tahun dia baru mendengar penemuan mayat Mr X di Probolinggo sesuai ciri-ciri suaminya.
Berbekal informasi tersebut Bibi pergi ke Probolinggo untuk memastikan mayat Mr X tersebut.
Terbukti Mr X tidak lain adalah Ismail, suaminya.
Ia menduga Ismail menjadi korban pembunuhan suruhan Dimas Kanjeng.
Suaminya itu akan membuka kedok penggandaan uang yang selama ini dilakukan Dimas Kanjeng dan pengikutnya.
"Keluarga berharap kepada Padepokan Kanjeng, dihukum neraka jahanam saja tidak akan cukup," kata Enning menyampaikan harapannya.
Nasib Ismail juga menimpa Abdul Gani. Peran Abdul Gani di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi sebagai pengepul uang warga yang ingin menggandakan uang.
Erwin Hariyati bercerita detik-detik suaminya sebelum ditemukan meninggal, pernah bercerita ingin ke Mabes Polri untuk melaporkan akal busuk Dimas Kanjeng selama ini.
"Suami saya sudah terancam, kalau keluar dari situ bakal terbunuh. Karena temannya yang dulu satu tahun sebelum suami saya meninggal sudah dibunuh seperti itu," cerita Hariyati di rumahnya, Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, seperti dilansir Kompas TV, Kamis (29/9/2016).
BACA JUGA: Begini Keahlian Dimas Kanjeng Menggandakan Uang Menurut Istrinya
Hariyati tak menyangka suaminya bakal tewas mengenaskan seperti yang dialami temannya, yang karena ingin keluar Padepokan harus dibunuh pengikut Dimas Kanjeng.
"Karena yang tahu semua kuncinya, kerahasiaan di Padepokan itu ya suami saya," Hariyati menambahkan.
Abdul Gani juga bercerita kepada istrinya soal Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi penuh rekayasa, termasuk baliho besar bergambar Dimas Kanjeng dengan pejabat dan Presiden Joko Widodo.
"Mulai dari foto-foto bersama orang-orang berpangkat dan kepresidenan katanya sih editan semua. Pokoknya di situ disetting semua, termasuk masalah uang. Biar santri-santrinya yakin. Itu kesaksian almarhum kepada saya," terang dia.