Ini Berita Kalbar Yang Terbit Rabu
Sembilan tahun yang lalu, Jakius adalah pegawai dan Kepala Dinas Pendidikan Landak.
Saat makan di Aruk, mereka diperiksa oleh polisi di Sajingan karena mau masuk bekerja menggunakan visa pelancong. --selengkapnya, baca edisi cetak Tribun Pontianak, Rabu (7/9/2016).(*) --
54 Sarjana Mengajar di Pelosok Melawi
MELAWI, TRIBUN -Sebanyak 54 lulusan sarjana pendidikan dari berbagai universitas, siap mengabdikan diri menjadi guru selama setahun di Kabupaten Melawi.
Mereka merupakan peserta program sarjana mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (SM3T) Kemendikbud bekerjasama dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Rombongan sarjana mendidik ini tiba di kantor Disdik Melawi, Selasa (6/8).
Ranita Nazara (23) menyatakan tertarik menjadi guru SM3T, setelah menonton video seniornya terdahulu, saat mengikuti program SM3T di Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Jadi saya termotivasi bagaimana mengajar di tempat-tempat terpelosok yang belum pernah saya datangi," ungkap alumnus Universitas Negeri Padang 2015.
Selain itu menurut Rani dia sangat senang jalan-jalan melihat keindahan alam. Jadi di samping melaksanakan tugas mengajar, apalagi setelah menonton video alumni SM3T di NTT.
Namun dia kemudian tak menyangka mendapatkan penempatan di Kalimantan Barat.
"Walaupun sempat inginnya di NTT, tapi karena dapatnya di Melawi, saya harus tetap berusaha sebaik mungkin melaksanakan tugas," tegas Rani. --selengkapnya, baca edisi cetak Tribun Pontianak, Rabu (7/9/2016).(*) --
Listrik Tak Kunjung Menyala
KUBU RAYA, TRIBUN - Warga Desa Sungai Kerawang, Kecamatan Batu Ampar, Kubu Raya yang sudah cukup lama mendaftar menjadi pelanggan baru PLN, dibuat kecewa lantaran listrik tak kunjung menyala.
"Kami sangat kecewa sekali. Pasalnya, kami telah cukup lama mendaftar sebagai pelanggan baru. Bahkan, kami telah penuhi kewajiban sebagai pelanggan dengan membayar segala syarat dan rukunnya," kata kata Pemuka warga Desa Sungai Kerawang, Suparman, kepada Tribun, Senin (5/9)
Ia menuturkan sejak puluhan tahun mereka mendambakan aliran listrik, hingga saking kuatnya keinginan itu sampai mereka diduga tertipu pihak swasta yang menjanjikan aliran listrik pada tahun 2012.
Tiap tiap rumah diminta membayar instalasi sebesar Rp 600 ribu hingga Rp 700 ribu.
"Uang tersebut katanya sebagai biaya instalasi listrik. Sekitar 1.500 jiwa warga kami sepakat dan mendaftar, membayar intalasi itu," tukasnya.