Ramadan 1437 H

Tentang Nuzulul Quran, Begini Kisahnya Menurut Ustaz Didik Nurharis

Hingga pada satu malam datanglah sosok makhluk yang belum pernah dilihat oleh Baginda Nabi, yaitu Malaikat Jibril dalam wujud aslinya.

Penulis: Ishak | Editor: Mirna Tribun
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID / ISHAK
Ustaz Didik Nurharis, usai menjadi pembicara dalam acara Majelis Quran, di Masjid Raya Mujahidin Pontianak, Minggu (19/06/2016)siang. Ada beberapa tips yang dibagikannya agar anak-anak mudah menghafal Alquran. Satu diantaranya adalah orangtua yang harus menjadi teladan bagi anak dalam upaya menghafal Alquran. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - “Secara bahasa Nuzulul Quran artinya adalah turunnya Alquran,” ujar Ketua Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Kalimantan Barat, Ustaz Didik Nurharis, saat coba menjelaskan tentang Nuzulul Quran, Rabu (22/06/2016) siang. Momentum Nuzulul Quran, punya sejarahnya sendiri yang sarat akan makna dan hikmah.

Ia melanjutkan, sebagaimana dalam riwayat-riwayat yang shahih, terutama dalam sirah nabawiyah (sejarah kenabian), bahwa ketika Nabi berusia 40 tahun, Beliau dicintakan untuk melakukan tahannuts. Yakni, menyendiri dan tafakkur di Gua Hira.

Hal ini dilakukan karena kegelisahan dan keresahan Rasulullah SAW melihat keadaan masyarakat yang jauh dari nilai-nilai kemuliaan manusia. Tradisi jahiliyah (kebodohan) menyelimuti sendi kehidupan masyarakatnya kala itu.

Hingga pada satu malam datanglah sosok makhluk yang belum pernah dilihat oleh Baginda Nabi, yaitu Malaikat Jibril dalam wujud aslinya.

Jibril lalu mengatakan ‘bacalah’, yang kemudian dijawablah oleh Nabi, ‘aku (Rasulullah SAW) tidak membaca’. Dialog ini berlangsung hingga 3 kali. Lalu Malaikat Jibril menuntunnya.

Rasa takut dan keringat dingin menyelimuti sekujur tubuh Nabi. Sehingga beliau memohon untuk diselimuti oleh Isterinya tercinta, Khadijah. Hingga akhirnya sang Istri pergi kepada pamannya yaitu Khuwailid yg dikenali memiliki pengetahuan tentang kandungan kitab-kitab sebelumnya (taurat, injil dan zabur).

Khuwailid lantas menjawab bahwa yang datang adalah Annamus, yaitu Jibril dalam bahasa Ibrani. Kemudian ia menegaskan dalam kata yang terekam sejarah. Kata-katanya berbunyi ‘tidaklah yang membawa berita ini kecuali pasti akan dimusuhi oleh masyarakatnya dan akan diusir dari kampung halamannya’.

“Apakah demikian keadaannya" tukas Khadijah.

Maka Khuwailid mengatakan jika Allah memberiku umur panjang maka sungguh aku berada dibalik punggungnya (Rasulullah SAW). Ini bermaksud bahwa Khuwailid akan menjadi pembelanya Rasulullah jika berumur panjang.

“Namun memang ajal telah mendahului sehingga beliau tidak sempat melihat fajar Islam yg sedang mulai terbit. Akan tetapi baginda Nabi mengatakan bahwa ucapannnya itu telah membawa Khuwailid masuk ke dalam Surga,” kisah Ustaz Didik.

Lebih lanjut ia menjelaskan, sebagaimana yang dijelaskan para ulama, bahwa Alquran diturunkan dalam dua tahap utama.

Tahap pertama adalah turunnya sekaligus dan utuh pada malam Lailatul Qadar ke Baitul Izzah di langit pertama. Sebagaimana yang termaktub dalam surat Al Qadar ayat pertama.

Kemudian, Alquran diturunkan secara berangsur selama kurang lebih 23 tahun, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan atau pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah SAW. Sebagaimana isyarat yang ada dalam Quran Surah Al isra, ayat 106.

Mengenai ayat yang pertama kali diturunkan, hampir seluruh ulama ahli tafsir bersepakat, bahwa surat yg pertama kali diturunkan adalah surat Al Alaq ayat 1-5. Diturunkan pada bulan Ramadan.

Mengenai tanggalnya, para ulama berbeda-beda pendapat. Sebagian mengatakan pertama kali diturunkan pada 17 Ramadan. Adapula yang berpendaoat pertama kaki diturunkan pada 21 Ramadan, atau 24 Ramadan. Pendapat terakhir mempercayai Alquran pertama kali diturunkan pada 27 Ramadan.

Surah kedua yang diturunkan setelah sirah Al Alaq, adalah surah Al Muddatsir. Para ulama, menurutnya, menegaskan, jika turunnya surat Al Alaq juga menjadi isyarat diangkatnya Muhammad SAW sebagai Nabi. Maka surat Al Muddatsir , jadi isyrat Kerasulan Muhammad SAW.

Secara umum, kandungan lima ayat yang pertama diturunkan, adalah perintah untuk membaca. Membaca merupakan jendela pengetahuan yang akan menyibak gelapnya kebodohan.

“Dalam hal ini, yakni kebodohan yang telah menjerumuskan masyrakat Arab semasa itu dalam paganisme dan budaya-budaya murahan,” tuturnya.

Menurutnya, dengan membaca maka terbukalah rahasia dibalik keberadaan alam semesta dengan segenap keteraturan dan keseimbangannya.

“Allah ulangi kata ‘iqra’ dua kali di dalam ayat ini. Tentu ini menjadi isyarat kesungguhan dan pantang menyerah untuk mencari petunjuk. Maka siapapun yang mencari petunjuk Kebenaran dengan sungguh - sungguh, maka Allah Yang Maha Pemurah akan memberikan jalannya,” imbuhnya.

Isyarat terakhir dalam ayat ini, menurutnya adalah, pembuka hidayah dan jendela ilmu adalah Al Qalam. Yaitu pena sebagai alat untuk merekam dan menyebarkan ilmu, petunjuk dan pengetahuan. Allah telah memberikan kepada hambanya dua rahasia utama kebaikan dunia dan akhirat. Yaitu membaca dan mata tajam pena

Korelasi antara Ramadan dengan Alquran baik membacanya, mempelajarinya, mengajarkannya maupun mengamalkannya. Rasulullah selama ramadhan mempunyai hubungan yang istimewa sehingga beliau disimak bacaannya langsung oleh malaikat.

Demikian pula generasi-generasi setelahnya. Disaat datang bulan Ramadan, mereka memiliki hubungan khusus dan interaksi yang lebih intens dengan Alquran. Seperti yang terdapat dalam atasar bahwa Imam Syafii selama Ramadan, dapat mengkhatamkan bacaan Alquran sebanyak 60 kali.

Sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam banyak ayat, bahwa Alquran diturunkan sebagai petunjuk manusia. Tanpa petunjuk, manusia pasti tersesat jalan. Terombang ambing dalam kegelapan hingga jatuh kehinaan dan kehancuran.

“Oleh karena itu, Allah jamin siapapun yang menjadikannya (Alquran) sebagai petunjuk, maka tidak akan pernah celaka. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Quran Surah Thaha ayat dua,” pungkasnya.

Keutamaan lain dari intensnya interaksi dengan Alquran, yakni tidak akan ada rasa takut dan tidak pula akan diterpa dengan kesedihan. Hal ini dijelaskannya terjabarkan dalam Quran Surah Albaqarah ayat 38.

Adapun daripada itu, Allah SWT akan memuliakan di dunia dan di akhirat, persis seperti yang tergambar dalam Quran Surah Al a'raf ayat 172-173.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved