Banjir Landa Kalbar

Makan Saja Harus Antre, Korban Banjir Enggan Mengungsi

Saat ini warga yang terdampak masih memilih menetap di rumahnya masing-masing meski air semakin tinggi.

Penulis: Nasaruddin | Editor: Arief
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/NASARUDDIN
Alif yang baru berusia 7 bulan lebih digendong neneknya, Admah di rumahnya yang tergenang banjir di Jl Demang Akub, Kelurahan Semelagi Kecil, Kecamatan Singkawang Utara, Kota Singkawang, Kamis (26/5/2016). Warga enggan mengungsi karena merasa repot di pengungsian. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Nasaruddin

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGKAWANG - Banjir menghantam wilayah Semelagi Kecil, Singkawang Utara, Kota Singkawang, sejak 23 Mei lalu. Akibatnya 24 rumah warga terendam. Selain curah hujan yang tinggi, banjir terjadi akibat jebolnya tanggul di wilayah itu.

Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Singkawang, Adi Suhardi mengatakan, ada tiga titik tanggul yang jebol. Wali Kota Singkawang bersama Dinas SDA ESDM Singkawang dan BPBD sudah turun ke lokasi.

Saat ini warga yang terdampak masih memilih menetap di rumahnya masing-masing meski air semakin tinggi.

"Korban banjir masih memilih bertahan di rumah masing-masing. Bantuan logistik sudah kita berikan kemarin. Akan kita monitor terus," katanya, di Semelagi Kecil, Kamis (26/5/2016).

Adi menjelaskan, jika air semakin tinggi pihaknya akan mendirikan posko. Meski saat ini persediaan logistik semakin menipis.

"Persediaan stok di BPBD menipis. Kita berharap bantuan ke BPBD Provinsi untuk dapat kiranya memberikan bantuan logistik yang diperlukan oleh warga yang kena musibah banjir," katanya.

Dari 24 KK yang terdampak banjir, 28 jiwa di antaranya perempuan, 48 anak-anak dan 7 bayi. Warga memilih bertahan di rumahnya dan mendirikan pantai atau panggung untuk tempat tidur. "Sudah lima hari airnya naik. Dalak rumah sampai betis. Ditambah lagi dengan hujan deras, jadi berendam sampai sekarang," kata satu di antara warga, Admah.

Sambil menggendong cucunya, Alif yang baru berusia tujuh bulan, Admah menyatakan, banjir membuatnya hanya beraktifitas di rumah. Sebab sawah yang selama ini digarapnya juga ikut terendam.

"Jadi mengasuh cucu saja. Kita bangun pantai ini untuk tidur. Kalau masak di dapurkan kompor di atas meja," katanya.

Admah enggan mengungsi karena menurutnya sulit. Untuk makan saja harus mengantre. "Waktu dimasakkan, yang makan bukan yang ngungsi. Kita nunggu sisa orang makan. Kita yang ngungsi kalah. Lebih baik tetap di rumah. Kan masih bisa masak," katanya.

Admah menceritakan, selama banjir, Alif tidak rewel. Bahkan ingin bermain air. "Ndak rewel. Malah mau main air dia. Malam-malam paling nangis mau susu," ujarnya.

Warga lainnya, Norna (39) juga tetap bertahan di rumahnya. Keluarganya sudah membangun pantai di dalam rumah untuk tempat beraktifitas. "Tetap di rumah saja. Peliharaan kambing, ayam banyak. Susah ninggalkannya ngungsi," kata Norna.

Kondisi ini, menurutnya jelas mengganggu aktifitas. Namun banjir kali ini bukan yang pertama."Dulu sekitar 2003 juga pernah. Bahkan lebih tinggi. Aktivitas jelas terganggu. Tapi mau dibagaimanakan lagi," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved