Jual Beli Kunci Jawaban UN

Siswa SMA Santun Bantah Beli Kunci Jawaban Ujian Nasional

Ditangkap di rumah pamannya di Kecamatan Pontianak Kota, sekitar tengah malam atau Kamis subuh.

Editor: Arief
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/HADI SUDIRMANSYAH
Dua tersangka pembocor rahasia negara ini bersama barang bukti kunci jawaban soal UN dan uang hasil penjualan, saat berada di Mapolsek Pontianak Kota 

IW sendiri mengaku terkejut namanya disebut tersangka Saiman dan Karang Yudi Satrio dalam kasus ini. Ia juga tidak mengenali para tersangka dan tak pernah bertemu untuk membeli kunci jawabab. IW pun siap dipertemukan dengan para tersangka jika diperlukan. "Saya siap untuk bertemu dengan orang itu, untuk mengklarifikasi ini," kata IW.

Selama ini, ia menegaskan sudah susah payah mempersiapkan diri menhadapi UN. "Saya sudah mempersiapkan diri dan belajar dengan sungguh-sungguh, mendapat bimbingan dari guru saya selama ini. Saya tidak ada membeli kunci (jawaban UN)," tegasnya.

IW menuturkan dirinya berasal dari Kapuas Hulu dan merupakan siswa pindahan dari MAN Sintang beberapa bulan lalu. Ia pindah ke Pontianak karena ikut sang kakak, yang kuliah dan mendapat pekerjaan di Pontianak. "Setelah kakak saya lulus kuliah, dan dia bekerja, saya ditarik untuk mengikuti dia dan saya menjadi tanggungan dia," tambah IW.

Saat ini, ia tinggal dengan menumpang di kos temannya di Jl Sepakat 2, Jl Ahmad Yani 1 Pontianak. Ruang geraknya juga terbatas karena memang tidak punya hanphone dan sepeda motor, layaknya anak-anak lain.

Kepala SMAN 10 Pontianak, Wartono MPd, membenarkan ada siswanya yang berinisial RD yang mengikuti UN 2016. "RD sehari-hari merupakan anak yang baik. Akademiknya juga berada rata-rata," kata Wartono.

Ia mengaku berduka jika memang memang benar naskah UN bocor. Ia juga tidak menyangka kalau siswanya ada yang terlibat dalam jual beli kunci jawaban. Saat dimintai keterangan lebih lanjut, terutama akses bertemu RD, Wartono menolaknya.

Ia tidak mau berkomentar lebih jauh. Begitu juga dnegan Kepala SMAN 7 Pontianak, Karjana. Karjana tidak mau berkomentar dan memberikan penjelasan terkait dugaan anak didiknya, RN, yang membeli kunci jawaban UN.

Sanksi Tegas
Bagaimana dengan SB? Kepala Madarasah Aliyah di Ngabang ini memberikan keterangan yang tidak berubah. Sama seperti penjelasan yang diberikan sehari sebelumnya, SB membantah dirinya terlibat dalam pembobolan kunci jawaban UN.

Ia juga tidak mengenal tersangka Saiman dan Karang Yudi Satrio yang ditangkap polisi. "Saya pun tidak mengenal dengan oknum-oknum terlibat, yang sudah ditangkap duluan oleh polisi," tegasnya.

Soal hasil pemeriksaan oleh penyidik Polresta Pontianak di Mapolres Landak, ia mengaku diperiksa dari pukul 21.30 hingga 23.00. "Sebelumnya, ada anggota Polres Landak yang menelpon saya. Tapi waktu itu, saya tengah makan malam. Setelah makan, saya pun datang sendiri ke Polres Landak untuk menjalani pemeriksaan," ujar SB.

Dihubungi dalam perjalanan menuju Pontianak, SB mengaku dicecar penyidik tentang kasus penjualan lembar kunci jawaban UN yang melibatkan Saiman dan Karang Yudi Satrio di Pontianak. "Saya diperiksa seputar dugaan keterlibatan saya atas kasus kebocoran kunci jawaban UN di Pontianak," tegas SB.

Bupati Landak, Adrianus Asia Sidot, mengaku dirinya belum mendapat laporan resmi terkait dugaan keterlibatan kepala sekolah di Landak dalam kasus jual beli kunci jawaban UN di Pontianak.

Ia justru tahu dari media sosial, bukan dari Kepala Dinas Pendidikan Landak. "Saya pun tahunya kasus bocor dan dijualnya kertas kunci jawaban UN itu dari Facebook, bahwa ada oknum kepala sekolah menjual kunci jawaban UN," kata Adrianus saat ditemui di Rumah Radakng.

Jika benar terbukti, dirinya akan mengambil tindakan tegas. Kalau hal itu benar, maka integritas sekolah yang bersangkutan dipertanyakan. Kepala sekolahnya bisa kita beri sanksi. Bila terbukti, kepala sekolah tersebut harus diberhentikan," tegas Adrianus.

Menurutnya beredarnya kabar tentang dugaan keterlibatan oknum kepala sekolah di Ngabang dalam kasus penjualan kunci jawaban UN, telah menjadi sorotan keras berbagai kalangan. Sebab dianggap telah mencoreng dunia pendidikan di Ngabang khususnya dan Kalbar pada umumnya.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved