Empat Polisi Kalbar Rasakan Cuaca Ekstrem di Sudan
Saya bertugas di bagian memback up kesehatan untuk personel PBB, namun yang diutamakan personel Polri yang tergabung di FPU
Penulis: Hadi Sudirmansyah | Editor: Arief
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Indonesian tamam (bahasa Arab) yang berarti baik. Itulah predikat yang melekat pada anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang bertugas negara yang terletak di timur laut benua Afrika tepatnya di Darfur, Sudan.
Dari 140 anggota Polri yang bertugas mengemban amanah PBB sebagai pasukan perdamaian atau FPU Indonesia VII tahun 2015, empat di antaranya adalah anggota Polda Kalbar.
Mereka adalah AKP dr Gesit dari Bid Dokkes Polda Kalbar, Ipda Suhut dan Brigadir Yulianto dari Brimob Polda Kalbar dan Brigadir Budi Arie Tjahyadi dari anggota Sat Reskrim Polres Ketapang.
AKP dr Gesit menceritakan mereka berempat kini sudah kembali ke Polda Kalbar setelah bertugas selama 1 tahun 17 hari di negara yang sedang dilanda konflik itu.
"Saya bertugas di bagian memback up kesehatan untuk personel PBB, namun yang diutamakan personel Polri yang tergabung di FPU," ujar Gesit saat ditemui di Mapolda Kalbar pada Rabu (20/1/2016) siang.
Gesit bertugas di kamp Pasukan FPU klinik 1. "Saya sendiri pun pernah turut berpatroli bersama anggota FPU lainnya selama 12 jam," katanya.
Gesit menceritakan, situasi dan kondisi yang terberat mereka alami adalah cuaca ekstrem. Saat panas suhunya menembus 48-50 derajat selama 2 hari berturut-turut.
"Bahkan untuk suhu terendah, pernah tembus minus 2 derajat, yang pernah kami alami pada bulan Februari, rosiko yang di alami sakit flu yang berdampak hingga menurunnya daya tahan tubuh," katanya.
Dia mengatakan, suhu panas bisa menyebabkan dehidrasi yang diantisipasi dengan banyak-banyak konsumsi air. "Tetapi kami di hadapkan kawasan yang dominan gurun pasir ini, kami harus waspada terhadap mata," ujarnya.
Ia juga menceritakan, pada misi perdamaian ini, pihaknya sempat mengelar dua kali pengobatan ke pengungsian yang terdapat 2.000 orang untuk satu kamp. Bahkan ada kamp pengungsi yang berjumlah 4.000 orang lebih..
"Yang kami lakukan selain menjaga perdamaian, kami juga turut memberikan bantuan yakni berupa makanan, pakaian, pengobatan terhadap pengungsi yang terkena sakit akibat cuaca," kata Gesit.
Dua anggota Brimob Polda Kalbar, Ipda Suhud dan Brigadir Yulianto menambahkan, yang terberat di saat mereka adalah musim dingin yang bisa berhari-hari dan berminggu hingga tembus minus 2 derajat.
"Kalau suhu panas dapat kami tanggulangi dengan berlindung cari tempat berteduh sambil terus bersikap siaga. Tapi kalau dingin itu berdampak daya tahan bisa semakin menurun," katanya Ipda Suhud.
Suhud mengatakan, saat suhu cuaca panas yang ekstrem ia pernah mengalami mimisan (hidung mengeluarkan darah). "Kalau suhu dingin timbulnya penyakit kulit di persendian," ujarnya.
Namun yang paling berharga dan beruntung, di sela-sela tugas mereka mendapat izin melaksanakan ibadah umrah ke Mekkah, Arab Saudi.