Rumah Ludes, Fatimah Terpaksa Tak Berlebaran di Rumah
Muhammad Yusuf mengisahkan, malam itu tak biasanya ia tidur awal, setiap malam ia memang biasa tidur lebih larut, terutama sejak bulan suci Ramadan.
Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Stefanus Akim
"Saya habis salat taraweh, mata ngantuk langsung tidur, biasa jam 2 itu kebangun, ini kok bisa tidur nyenyak sekali saya," ujar dia.
Pintu rumah yang terkunci, membuat suaranya kedap tak keluar. Sementara suara warga di luar, terdengar panik. Saat melihat usaha suaminya gagal membuka pintu depan, Ia lalu meminta suaminya untuk ikut keluar melalui pintu belakang.
"Begitu bangun, saya liat api sudah besar, sudah panas, saya bilang suami saya, sudah pak sudah takdir kita, saya langsung ajak suami saya kabur dari belakang," katanya.
Dijelaskan Fatimah, di rumah tersebut ia tak hanya berdua suaminya, ada keponakannya yang baru saja menginap di rumahnya. Dua anak keponakannya tersebut ikut tinggal di rumahnya.
"Kita berlima, saya sama suami saya, dan ponakan saya dengan dua anaknya usia 8 tahun dan 9 tahun,"kata Fatimah.
Dalam ceritanya, keponakannya tersebut beberapa waktu lalu juga mengalami nasib yang sama, 20 ruko miliknya terbakar. Dan yang menyedihkan justru kehidupannya jatuh berantakan.
Atas rasa iba, ia kemudian meminta keponakannya untuk ikut tinggal bersamanya. Namun ia menyesalkan, kini ia tak dapat memberikan harapan yang banyak kepada keponakannya tersebut. Kondisinya kini tak jauh berbeda, tak banyak harta benda yang bisa diselamatkan.
"Kehidupan ponakan saya hancur, bahkan setelah 20 ruko miliknya terbakar. Rumah dan harta benda lainnya ikut habis terjual. Karena kasihan, saya ajak tinggal di rumah. Tapi kini saya juga senasib dengannya," ujar Fatimah lirih.
Kedua pasutri itu, kini mengharapkan anaknya yang tinggal di Jl Danau Sentarum. Namun ia masih mempertimbangkan, saat Tribunpontianak.co.id mewawancarainya, satu warga yang dermawan tampak menawarkan solusi untuk tinggal sementara di ruko miliknya.
"Bapak dan ibu, silahkan untuk tinggal sementara di ruko saya, rukonya dua tingkat. Ibu mungkin bisa jualan, saya hanya bisa menawarkan, keputusannya bapak dan ibu yang menentukan," ungkap pria berpakaian salat lengkap dengan ramah.
Pria yang enggan diekspos media saat memberikan bantuan tersebut, beberapa kali menenangkan kedua pasutri tersebut. Ia mengisahkan bahwa keduanya harus tenang dan tabah. Karena hal tersebut merupakan ujian dari Allah SWT.
"Dulu saya pernah jatuh juga, tapi itulah kehidupan, kita tak pernah mengetahui rahasia Allah SWT, ketika saya diberi ujian, saya langsung sadar. Tahun itu juga Allah SWT membantu kembali kehidupan saya," pungkasnya menenangkan kedua pasutri tersebut.
Tidak ada korban jiwa akibat dari kebakaran ini, kerugian yang dialami juga belum dapat ditaksir pemilik rumah. Kondisi area kawasan tersebut merupakan perbatasan Kecamatan Pontianak Selatan dan Pontianak Kota, yang juga berbatasan langsung dengan Kabupaten Kubu Raya.