Antisipasi Karhutla, Ini Konsep Yang Ditawarkan Dishangpang Hortikan Sanggau Kepada Petani
Masyarakat diberikan kesempatan tapi dengan catatan bahwa masyarakat harus betul-betul mengawasi
Penulis: Hendri Chornelius | Editor: Jamadin
Antisipasi Karhutla, Ini Konsep Yang Ditawarkan Dishangpang Hortikan Sanggau Kepada Petani
SANGGAU -Terkait dengan antisipasi terjadinya Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perikanan (Dishangpang Hortikan) Kabupaten Sanggau, H John Hendri menyampaikan, saat ini sudah memasuki musim kemarau. Dan kita tidak bisa mengatakan bahwa petani tidak bisa berladang, karena ini adalah musim.
"Dan ini juga sudah turun temurun dilakukan masyarakat kita di daerah kecamatan dan desa, "katanya kemarin.
Untuk itulah, lanjut Hendri, pihaknya ikut serta mendampingi petani supaya mereka juga melakukan perladangan atau tanaman padi bisa mengurangi atau meminimalisir jangan sampai timbul asap yang begitu banyak. Pihaknya bekerjasama dengan TNI/Polri serta stakeholder lainnya, terus menerus mensosialisasikan kepada kelompok-kelompok tani.
Baca: Komunitas Bantu Pendidikan Kita Beri Bantuan dan Lakukan Kegiatan di Sekolah Darud Dawah Wal Irsyad
Baca: IAD Himbau Masyarakat Agar Tak Sungkan Konsultasi ke Kejaksaan
"Kita juga mensosialisasikanya dengan kelompok tani bahwa aturan sudah ada. Masyarakat diberikan kesempatan tapi dengan catatan bahwa masyarakat harus betul-betul mengawasi, "ujarnya.
Kita juga lanjutnya, sudah ada mekanisme pertama, masyarakat atau petani harus melaporkan kepada pihak berwenang ditingkat desa dan kecamatan jika akan membakar ladang. "Supaya mereka juga tahu bahwa pihak keamanan akan memantau bahwa disini akan terjadi kebakaran atau pada saat orang berladang. Supaya ada sinergitas, "jelasnya.
Selain itu, Hendri menjelaskan bahwa pihaknya juga menawarkan konsep tumpang sari. Satu lahan yang dimiliki masyarakat tapi bisa dua atau tiga tanaman.
"Misalnya kita tumpang sari antara padi dan jagung, atau padi-jangung-kedelai. Itu semuanya memberikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat kita bahwa mereka bisa mengolah lahan bisa menanam dua atau tiga komoditi,”ujarnya.
Dikatakanya, tumpang sari akan lebih menghemat lahan, biaya dan tenaga kerja. Dengan menghemat luasan lahan, pembukaan lahan dapat dikurangi. Sehingga pelan-pelan Karhutla ini bisa berkurang. "Jadi tidak lagi membakar lahan untuk padi, jagung dan sebaginya,”jelasnya.
Hendri mengakui sistem tumpang sari memang sudah ada sejak dulu. Namun masih belum tertata. Yang ditawarkan Dishangpang Hortikan adalah tumpang sari yang lebih teknis.
“Jadi kalau lajur padi itu misalnya dua meter sampai panjang itu padi semua. Kemudian lajur berikutnya jagung semua, Selama ini kan dimana jagung, dimana padi, tidak terlihat. Dan itupun sekadarnya,”tegasnya.
Ia menambahkan, pihaknya juga sudah mensosialisasikan agar masyarakat segerah berpindah dari berladang ke bersawah. Walaupun saat ini sawah dilanda kekeringan. "Kalaupun tetap berladang, kita sarankan untuk menggunakan benih unggul yang tahan terhadap kemarau,”tuturnya.
“Kita kan ada dua musim tanam. Dari Oktober 2018-Maret 2019 itu disebut dengan musim rendengan. Masuk April-September disebut musim gadu. Identik dengan musim kering,”tambahnya.
Musim kering di Sanggau, kata Hendri tidak sama dengan di pulau Jawa, artinya kemarau basah.
“Artinya dalam satu bulan pasti ada hujan. Beda dengan di pulau Jawa, yang tanahnya sampai merekah, sehingga mereka sulit bercocok tanam,”ujarnya.
Untuk mengantisipasi kekurangan air bagi para petani, Pihaknya juga membantu dengan mengadakan pompa air dan sumur bor. Contohnya di Desa Tunggal Bhakti, Kecamatan Kembayan ada bantuan untuk mengaliri lahan.
"Idealnya satu sumur bor untuk dua hektare, walaupun itu masih kurang. Artinya kita tidak bisa membiarkan petani. Apa yang harus kita buat, kita buat untuk masyarakat,”tegas John Hendri