Kepala Dinas Kesehatan: Stunting di Sambas Masih Tinggi
Cara ngatasinnya rumit, dimulai dari mempersiapkan perempuan umur remaja usia SD, SMP, SMA diberi obat tambah darah setiap Minggu,
Penulis: Muhammad Luthfi | Editor: Jamadin
Kepala Dinas Kesehatan: Stunting di Sambas Masih Tinggi
SAMBAS - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas dr Fatah Mariyuani membenarkan bahwa angka Stunting di Sambas masih tinggi.
Namun demikian, sejak 2012 angkanya menunjukkan penurunan karena sudah di lakukan beberapa pencegahan.
"Mulai penanganan th 2012 prevalensi 41%, Tahun 2015 34,1%, Tahun 2016 38,5%, Tahun 2017 28,2% dan pada 2018 19,75%," ungkapnya, Kamis (4/7/2019).
Ia menjelaskan, untuk mengatasi Stunting memang sangat rumit. Karena
"Cara ngatasinnya rumit, dimulai dari mempersiapkan perempuan umur remaja usia SD, SMP, SMA diberi obat tambah darah setiap Minggu," ujarnya.
"Penanganan ibu hamil secara komprehensif yakni melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali, dan paling bagus setiap bulan.
Pemberian vitamin dan makanan tambahan bagi ibu hamil terutama yang kurang gizi dan masih banyak lagi," ungkapnya.
Selain itu, Fatah menuturkan pihaknya juga tidak lupa mengaktifkan lagi Desa siaga dengan P4K jangan ditinggalkan.
Dan melakukan koordinasi lintas sektor. Termasuk dengan kemitraan dukun bayi dan bidan-bidan serta PKK.
Baca: Atasi Susah Tidur Saat Haid, Ubah Posisi Tidur Anda Seperti Ini!
"Kegiatan tersebut disamping untuk mencegah kematian ibu melahirkan dan kematian bayi. Juga untuk mencegah bayi yang dilahirkan stunting/ketet," ungkapnya.
Fatah menerangkan, bagi bayi yang baru lahir juga harus di berikan ASI eksklusif. Minimal minum ASI selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai umur anak 2 tahun.
Dan pada saat anak sudah memasuki usia enam bulan. Maka harus di berikan makanan pendamping, bayi sang bayi.
"Yang tidak kalah penting juga adalah Imunisasi. Harus lengkap mulai sejak lahir sampai umur satu tahun dan dilanjutkan dengan booster di tahun berikutnya," tutup Fatah Mariyuani.