Ali Nasrun: Tren Produk Halal Sudah Seharusnya Ada di Dunia Bisnis
Ali Nasrun mengatakan bahwa label halal di produk-produk usaha seharusnya sudah menjadi tren dalam perkembangan dunia bisnis
Penulis: Maudy Asri Gita Utami | Editor: Madrosid
Ali Nasrun: Tren Produk Halal Sudah Seharusnya Ada di Dunia Bisnis
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Mengenai Sertifikasi Halal yang dikeluarkan oleh MUI Kalbar, pengamat ekonomi, Ali Nasrun mengatakan bahwa label halal di produk-produk usaha seharusnya sudah menjadi tren dalam perkembangan dunia bisnis, Selasa (26/3/2019).
Label halal, kata Ali bukan hanya soal makanan, namun tempat-tempat wisata, hingga hotel pun menjadi satu hal yang cukup potensial untuk mempromosikan usahanya.
"Itu jadi salah satu promosi bagi semua orang bahwa yang disediakan (produk) oleh UMKM itu adalah sesuatu yang baik, karena MUI untuk mengeluarkan sertikat inikan butuh penelitian bukan cuma nempel-nempel begitu saja," ujarnya.
Baca: Ingin Lapor SPT Tahunan, Ini Alamatnya di Ngabang
Baca: Punya Keluhan Terkait Tenaga Kerja, Ini Alamat Kantor Yang Mengurus
Baca: VIDEO: Edi Kamtono Ingin Bursa Kerja dan Wirausaha dari BSI Kurangi Pengangguran
Hal ini juga untuk memperluas market bagi para penggiat UMKM. Dengan tidak adanya label halal setiap orang akan berfikir ulang untuk mengkonsumsinya. Selain itu, Lama-kelamaan label halal ini juga akan menjadi keinginan dan kebutuhan masyarakat juga nantinya.
Saat ini, menurut Ali sudah banyaknya kebijakan, baik dari pemerintah maupun oleh menteri ekonomi untuk meningkatkan produktivitas pelaku UMKM.
"Tentu hal ini akan meningkatkan kemampuan UMKM untuk mengembangkan usahanya," ungkapnya.
Menghadapi itu, agar ada keseimbangan antara pelaku usaha besar dan UMKM, dirinya mengaku agar semua pihak harus mampu berinovasi. Misalnya pelaku yang membuka usahanya di market-market besar seperti di Mall.
"Jika tidak bisa berinovasi, kemungkinan besar konsumen-konsumen itu akan beralih ke UMKM mengingat produk yang ditawarkan oleh pelaku UMKM sudah banyak yang berinovasi menyerupai produk di market besar namun dengan harga yang cukup terjangkau oleh masyarakat," paparnya.
"Memang ada masyarakat yang sukanya di pasar modern dan ada yang sukanya di pasar tradisional atau UMKM, namun demikian jika ada peningkatan di tradisional, tentu orang yang tadinya di tempat-tempat modern akan beralih ke tradisional. Jadi dalam jumlah tertentu, hal ini akan berpengaruh terhadap pasar besar," jelasnya.
Meskipun begitu, hal ini dikatakan dia belum bisa disebut sebagai ancaman bagi pasar modern. Sebab saat ini pasar-pasar besar sudah mulai berinovasi kembali dengan menyediakan fasilitas-fasilitas tambahan.
"Kita lihat di mall, di sana masih banyak pengunjungnya. Ada fasilitas bermain, belanja, makan, atau tempat bertemu sosial. Jadi di mall sudah mulai mengonsepkan pasarnya kembali, jadi jika ini diterapkan, akan sama-sama jalan terutama UMKM dan pasar modern," pungkas Ali