Maya Safitri Volunteer VTIC Foudation di Serawak

VTIC Foundation adalah yayasan yang bergerak dibidang pendidikan anak-anak pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia.

Penulis: Anggita Putri | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Road Show VTIC ke-7 Region Kalimantan, di Aula Fakultas MIPA Untan, minggu (17/2). 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID,PONTIANAK - VTIC Foundation adalah yayasan yang bergerak dibidang pendidikan anak-anak pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia.

Maya Safitri satu diantara lainnya yang pernah menjadi volunteer VTIC angkatan ke 4, ia juga pernah meraih juara sebagai pemenang proyek sosial terbaik Indonesia Culture and Nasionalism (ICN) tahun 2017.

Saat mengikuti VTIC ia ditempatkan disalah satu sekolah atau CLC Sinar Mas dan mendapatkan kasus anak-anak Indonesia yang tidak mengetahui lagu Indonesia raya.

Baca: Terkena Serangan Jantung, Seorang Wanita Cantik Hampir Meninggal Saat Lagi Ngegym

Baca: LIDA 2019, Rolenzo dari Sumatera Selatan Tersenggol di Grup 16 Top 64 Liga Dangdut Indonesia

Baca: Polres Mempawah Siap Amankan Malam Lampion Imlek 2570 dan Festivasl CGM 2019, Turunkan 161 Personel

Hal yang paling menyentuh hati adalah saat ditanya ibu kota Indonesia anak-anak Indonesia yang ikut orang tuanya bekerja disana tidak tahu, mata uang Indonesia juga tidak tahu, Mereka hanya tahu Ibu kota Indonesia adalah Pontianak dan Uang ringit lah menjadi uang mereka.

"Karena kebanyakan mereka lahir dan besarnya di Serawak dan belum kenal Indonesia itu dimana, bahkan orang tua mereka tidak memperkenalkan Indonesia karena hanya fokus bekerja," ujar Maya saat usai kegiatan Road Show VTIC ke-7 Region Kalimantan, di Aula Fakultas MIPA Untan, minggu (17/2).

Karena saat mereka pulang kampung mereka hanya melewati Pontianak dan berpikir Pontianak itulah Indonesia.

Pengetahuan anak-anak tentang Indonesia sangat minim sekali, Salah satu tujuan VTIC adalah untuk mengajar juga menanamkan nilai-nilai nasionalisme kepada anak disana.

Kalau pendidikan Anak Indonesia yang ikut orang tuanya menjadi TKI di Malaysia dibanding sama anak Indonesia sangat jauh dilihat dari fasilitas, kualitas guru yang sangat kurang.

"Bahkan saya menemukan anak diumur 12 tahun belum mengenal huruf abjad," ucap Maya.

Jadi miris sekali jika melihat pendidikan anak disana. Padahal mereka juga anak Indonesia. VTIC bergerak supaya pemerintah peduli dengan hak pendidikan anak di Serawak, Malaysia.

VTIC juga sudah bekerjasama dengan KBRI, KJRI, tapi sayangnya pada saat pemerintah Indonesia sudah mulai memperhatikan pendidikan anak-anak disana semenjak berdirinya sekolah pada tahun 2011 mendapatkan kendala.

"Kendala disana anak-anak Indonesia hanya boleh sekolah dengan batas umur 12 tahun dan lebih dari itu tidal boleh sekolah di Serawak Malaysia," ujar Maya.

Jika anak-anak tersebut ingin lanjut ke jenjang SMP harus pulang ke Indonesia dan itu sudah menjadi kesepakatan dengan kerajaan Malaysia.

Kalau untuk SD sudah diperhatiin tetapi hanya dalam bentuk sekolah non formal. Dan untuk gurunya tergantung ladang nya.

"Kadang disatu ladang hanya ada satu guru dan bisa dibayangkan satu guru mengajar dari kelas 1 sampai kelas 6," ujar Maya.

Maka dikirimlah relawan Volunteer VTIC yang selama satu bulan dalam setahun sekali membantu mengajar para anak TKI di Serawak.

Harapan dari VTIC dan Maya sendiei adalah anak disana bisa mendapatkan pendidikam yang baik, pemerintah juga peduli pendidikan anak-anak disana terutama daerah Kalbar yang dekat bisa memberikan donasi untuk disalurkan.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved