Puska STIK Muhammadiyah Sosialisasi dan Open Recruitment Program Pemagangan Caregiver ke Jepang

Pusat Karir dan Alumni (Puska) STIK Muhammadiyah Pontianak menyelenggarakan sosialisasi dan open recruitment program

Penulis: Ramadhan | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Pelaksanaan Sosialisasi dan Open Recruitment Program Pemagangan Caregiver Ke Jepang oleh Puska STIK Muhammadiyah Pontianak, di Gedung K.H Wahid Hasyim, Gang Ceria V Sungai Raya Dalam, Kubu Raya, Jumat (11/1/2019). 

Puska STIK Muhammadiyah Sosialisasi dan Open Recruitment Program Pemagangan Caregiver ke Jepang

Citizen
Ns. Hidayah, M.Kep
Ketua Puska STIK Muhammadiyah Pontianak

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Pusat Karir dan Alumni (Puska) STIK Muhammadiyah Pontianak menyelenggarakan sosialisasi dan open recruitment program pemagangan caregiver ke Jepang, di Gedung K.H Wahid Hasyim, Gang Ceria V Sungai Raya Dalam, Kubu Raya, Jumat (11/1/2019).

Kegiatan ini di selenggarakan Puska STIK Muhammadiyah Pontianak bekerja sam dengan PT. OS Selanajaya Indonesia.

Untuk diketahui PT. OS Selanajaya Indonesia adalah salag satu perusahaan asal Jepang yang bergerak di Bidang Jasa konsultasi bisnis dan Manajemen. Serta jasa pelatihan dan penempatan tenaga kerja.

Baca: Catat 79 Kejadian Bencana Sepanjang Tahun 2018, Ini Upaya Yang Telah Dilakukan BPBD

Baca: Maling Bobol Ruko, Wabup Effendi Minta Polisi Usut Tuntas

Baca: Hasil Malaysia Masters 2019 - Jonatan Christie Berhasil Kalahkan Wakil Denmark

Kepala Bagian kepegawaian, Zulkarnaen, MM mengatakan saat ini Negara Jepang sedang mengalami bonus demografi. Dan bonus demografi ini tidak dapat berulang di dalam satu siklus demografi.

Menurutnya dengan angka fertilitas yang sudah berada pada tingkat yang rendah dan disertai dengan angka harapan hidup yang makin tinggi, maka populasi kemudian mengalami periode penuaan (Ageing population).

"Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian anti aging di Jepang, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 jumlah penduduk Jepang yang berusia di atas 60 tahun akan mencapai 36,67 juta orang. Sekitar 31,8 persen dari kesluruhan jumlah populasi Jepang, dan pada 2050 akan meningkat 37,64 juta orang," ujar Zulkarnaen.

Zulkarnaen menjelaskan bahwa anngka ketergantungaan mulai meningkat kembali sebagai konsekuensi dari meningkatnya jumlah penduduk tua di dalam populasi.

"Penuaan populasi yang tidak dapat terhindarkan tak hanya akan meningkatkan angka ketergantungan, tapi juga diprediksikan akan membawa dampak penurunan kinerja pada perekonomian," imbuhnya.

Tanpa persiapan yang memadai, lanjut Zulkarnaen kebutuhan akan jaminan sosial seperti pensiun dan perlindungan kesehatan juga akan sulit terantisipasi.

Baca: Kapolda Kalbar Hadiri Acara Ramah Tamah di Kayong Utara

Baca: Norsan Tanggapi Ancaman Boikot Fraksi PDI Perjuangan di DPRD Provinsi Kalbar

"Untuk memenuhi kebutuhan akan perlindungan kesehatan ini bagi lansia, tahun 2015-2025 jepang memprediksikan bahwa kurangnya tenaga perawat yang berasal dari jepang mencapai 200.000 orang dan untuk memenuhi kekurangan tersebut dibutuhkan juga tenaga perawat yang berasal dari luar jepang sebanyak 300.000 orang," terangnya.

Zulkarnaen menilai kekurangan ini bisa terjadi karena meningkatnya jumlah penduduk tua di Jepang dan meningkatnya kebutuhan perawat di Jepang tidak diikuti oleh meningkatnya jumlah perawat.

"Jumlah orang Jepang yang tertarik menjadi perawat justru mengalami penurunan. Hal ini karena gaji perawat lebih rendah jika dibandingkan dengan pekerjaan lain di Jepang," tambahnya.

Selain itu, sambung Zulkarnaen saat ini jumlah orang yang berhenti bekerja sebagai perawat juga meningkat di Jepang. Padahal Perawat mempunyai posisi penting dalam penyelenggaraan pelayanan yang dibutuhkan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan, baik di dalam maupun diluar negeri.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved