Pengecer Toko Kecil Tak Kebagian Gas, Muncul Pengecer Dadakan yang Menjual Harga Tinggi
Pemilik toko kecil yang biasa mengecer kepada warga setempat ini mengatakan sekarang tidak bisa lagi mendapatkan gas melon untuk di jual di tokonya.
Penulis: Faisal Ilham Muzaqi | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ya' M Nurul Anshory
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Diperketatnya aturan distribusi gas elpiji 3 kilogram dari agen ke pangkalan menyebabkan para pengecer dan pemilik toko-toko kecil tidak dapat membeli gas melon lebih dari satu atau dua ke pangkalan.
Salah satu pengecer yang memiliki toko didalam gang Maknyah istri Ahian (57) mengatakan biasanya dia menjual gas melon seharga Rp 19 ribu sampai Rp 21 ribu per tabung, Rabu (29/12/2018).
Baca: Midji Minta Pertamina Tindak Tegas Agen Dan Pangkalan Gas Elpiji Jika Tak Bisa Selesaikan Masalah
Baca: Kelangkaan Gas Elpiji 3 Kilogram Terjadi di Kelurahan Tambelan Sampit Pontianak Timur
Pemilik toko kecil yang biasa mengecer kepada warga setempat ini mengatakan sekarang tidak bisa lagi mendapatkan gas melon untuk di jual di tokonya.
"Dulu biasa diantar orang pangkalan 30 tabung sekali antar, sekarang mesti saya datang ke pangkalan bawa KTP, pakai cap jari seperti pemilu, itupun cuma dapat satu dua tabung," tuturnya.
Pengecer lain di Jl Parit Haji Husein 1, Rian (40) mengatakan menjual gas melon seharga Rp 22 ribu per tabung.
Rian mengaku saat ini di pangkalan gas tersedia elpiji 3 kilogram, namun di pengecer yang tidak ada kata dia, terpaksa masyarakat antre di pangkalan.
"Masyarakat mau beli ke pengecer barang tidak ada mau bagaimana," ujarnya.
Rian yang mengecer gas melon di tokonya mengatakan selain mengecer dia juga menggunakan gas melon untuk dapurnya.
Ia menuturkan alasan mengapa tidak memakai gas elpiji non subsidi untuk dapurnya karena harganya lebih mahal.
"Bagaimana saya mau pakai gas yang non subsidi 5 kilogram harganya 72 ribu sementara kalau pakai gas 3 kilogram itu dua tabung cuma 35 ribu," tuturnya.
Tidak tersedianya gas melon di pengecer dan toko-toko kecil yang biasa menjual ke warga memunculkan pengecer dadakan yang sengaja mengantre di pangkalan dan menjual gas dengan harga tinggi kepada yang membutuhkan.
Salah seorang ibu pengecer dadakan yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, dia mengantre di beberapa pangkalan membawa beberapa KTP dan Kartu Keluarga saudaranya.
Gas melon yang ia peroleh disimpan dirumah dan ditampung beberapa hari.
"Jika ada yang memesan melalui telepon saya antar ke mereka, seharga Rp 25 ribu rupiah," ujarnya.