Banjir Di Beberapa Wilayah Kalbar, Ini Analisis Direktur SAMPAN Kalimantan

Dede Purwansyah menyikapi kondisi terjadinya banjir di beberapa wilayah Kalimantan Barat akibat hujan intensitas tinggi beberapa hari terakhir

Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Madrosid
TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI
Satu diantara kawasan terdampak banjir setelah hujan deras yang mengguyur di komplek persekolahan Mujahidin, Jalan Ahmad Yani, Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (13/10/2018) sore. Selain meluapnya air akibat hujan deras, pasangnya debit air di Sungai Kapuas juga menjadi faktor penyebab sejumlah wilayah di Kota Pontianak terendam banjir. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Rizky Prabowo Rahino

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Direktur LSM Sahabat Masyarakat Pantai (SAMPAN) Kalimantan, Dede Purwansyah menyikapi kondisi terjadinya banjir di beberapa wilayah Kalimantan Barat akibat hujan intensitas tinggi beberapa hari terakhir.

Simak dalam tulisan di bawah ini :

“Penyebab banjir di beberapa wilayah Kalbar bisa disebabkan oleh berbagai hal. Semisal, lajunya deforestasi hutan terjadi di Kalimantan Barat. Kemudian, terjadi alih fungsi lahan dari hutan menjadi non hutan.

Lalu, tata kota ataupun pola yang harus memang diperbaiki seperti wilayah di perkotaan. Daerah resapan air yang berubah fungsi jadi lahan pemukiman dan perkebunan juga bisa jadi penyebab. Kita tahu bahwa pohon secara ekologis punya fungsi penting untuk menjaga resapan air dan keseimbangan alam.

Baca: Korwil FKA ESQ Kalbar Resmi Dikukuhkan

Khusus di perkotaan seperti Kota Pontianak, saya melihat problemnya lebih kepada drainase tersumbat. Kemudian ada masyarakat yang belum sadar membuang sampah pada tempatnya. Itu hal yang kecil sih, cuma bayangkan saja dampaknya jika terakumulasi.

Contoh lain, wilayah sekitar Bandara Supadio Kabupaten Kubu Raya. Ketika kita mau take off saja, sudah kelihatan ada genangan air padahal baru seharian saja hujannya.

Di pemerintahan Gubernur-Wakil Gubernur Kalbar yang baru, saya berharap ada perubahan tata kelola yang harus dikuatkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) atau nantinya bisa membuat ruang-ruang terbuka hijau dan menggiatkan masyarakat untuk menanam pohon guna menjaga kelestarian daerah resapan air. Ajakan-ajakan seperti itu harus dilakukan oleh pemerintah.

Me-review RTRW dengan melindungi daerah resapan dan perlindungan hutan serta menata gambut secara bersama-sama. Gerakan sosial bersama yang dilakukan oleh warga maupun kelompok masyarakat harus digalakkam.

Masyarakat punya peran penting. Tanggung jawab pemerintah menyadarkan masyrakat untuk melakukan hal terbaik. Saya berharap tata ruang di Kalbar jangan sampai membuka ruang untuk ekploitasi hutan di wilayah perhuluan. Karena paru-paru dunia salah satunya berada di Kalbar.

Kalbar jauh dari bencana gempa, tapi kita lebih sering menghadapi banjir. Air turun dari atas ke bawah. Kalau atas atau daerah perhuluan terbuka akibat deforestasi, maka serapan bawah tidak ada dan akan berakibat buruk.

Terutama daerah pesisir, kalau penahannya dalam hal ini hutan-hutan mangrove habis, maka yang terjadi gelombang pasang juga akan tetap naik. Sedangkan air dari hulu menuju ke muara. Kemudian juga berdampak kepada kondisi dimana air yang berada di perkotaan, kemana akan keluar ? Karena agak dekat dari permukaan air laut.

Tata kota dan tata kawasan harus diperbaiki dan dirancang betul-betul oleh pemerintah. Pemerhati dan pegiat lingkungan diharapkan bisa duduk bareng dan berdiskusi tentang bagaimana menjaga Kalbar agar terhindar dari permasalahan yang memicu terjadinya bencana alam, khususnya banjir.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved