Rubella Menjadi Ancaman, Ini Kata Pengamat
Bahwa vaksin ini sudah dibahas di MUI, difatwakan dan dinyatakan boleh digunakan. Ini harus terus digencarkan informasinya ke masyarakat.
Penulis: Ishak | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ishak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Menanggapi ancaman rubella disejumlah wilayah di Kalbar, Akademisi Fisip Untan - M Sabran Achyar menilai seperti ini.
Kondisi ini saya kira mungkin juga disebabkan adanya persepsi bagaimana vaksin Measles Rubella atau MR ini masih menjadi sesuatu yang terdengar asing di masyarakat. Sehingga ada satu pertanyaan besar dari masyarakat tentang 'penyakit' apa sebenarnya rubella ini.
Baca: Virus Rubella Ancam Warga Pontianak, 36 Anak Alami Cacat
Baca: Congenital Rubella Syndrom Renggut Nyawa Anak Kembar Henny
Ataupun obat atau vaksin apa sebenarnya yang akan diberikan pemerintah untuk pencegahan terhadap penyakit ini. Sehingga masyarakat sebenarnya perlu lebih diyakinkan tentang pentingnya pencegahan agar tak terjadi KLB dan sebagainya.
Jangan sampai ada proses informasi yang terhambat dalam proses penyampaiannya kepada masyarakat. Jika ternyata memang ada hambatan komunikasi yang mengakibatkan masyarakat tak memahami secara utuh informasi tersebut, harus dicari apa penyebabnya.
Selain itu, bisa saja sampai saat ini memang belum ada keyakinan dari masyarakat terkait penggunaan vaksin MR ini. Tentang seberapa aman vaksin itu, aspek kehalalannya dan sebagainya, meskipun sudah ada fatwa dari MUI terkait vaksin ini sendiri.
Karenanya, perlu pengoptimalan peran tokoh agama dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya vaksin itu sendiri sebagai langkah pencegahan. Sekaligus mengawal untuk mengedukasi masyarakat terkait dengan fatwa yang sudah dikeluarkan MUI terkait kebolehan penggunaannya.
Sehingga dengan demikian, masyarakat menjadi yakin dan percaya bahwa vaksin tersebut benar-benar dibutuhkan. Ini yang harus terus dilakukan, bagaimana informasi disampaikan, sehingga bisa mengatasi hambatan dalam menyampaikan informasi utuh terkait vaksin tersebut.
Seluruh stakeholder saya kira bisa bergerak meyakinkan masyarakat bahwa vaksin rubella ini aman dan tidak berbahaya. Bahkan menjadi sesuatu yang dibutuhkan dalam proses pencegahan merebaknya rubella itu sendiri di tengah masyarakat.
Sebab, di tengah masyarakat kita bisa saja ada kecurigaan bahwa vaksin ini mengandung apa dan sebagainya, tanpa ada jaminan dari pihak-pihak terkait. Kecurigaan yang tidak tepat inilah yang harus diedukasi oleh stakeholder terkait, mulai dari pihak pemerintah, tokoh agama dan sebagainya, sehingga masyarakat punya persepsi yang benar.
Selain itu, ada kemungkinan penamaan rubella ini sebagai sesuatu yang asing di tengah masyarakat. Mungkin ada baiknya bila pihak terkait mempergunakan bahasa yang lebih 'membumi', lebih dikenal dan terdengar familiar di masyarakat, seperti campak atau lainnya.
Sehingga masyarakat awam lebih mudah menangkap maksudnya. Ini penting, sebab sesuatu yang baru cenderung diterima masyarakat dengan penuh kehati-hatian.
Faktor lain yang juga penting diperhatikan adalah aspek budaya. Budaya ini juga menyangkut bagaimana perspektif yang stagnan menjadi dinamis.
Untuk menjadi dinamis ini jelas butuh proses. Sehingga akhirnya masyarakat punya persepsi yang benar, bahwa vaksin ini adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam upaya pencegahan meluasnya dampak rubella di tengah masyarakat.
Edukasi ini jelas menjadi satu tantangan tersendiri bagi pihak terkait. Tapi ini jelas adalah satu hal yang sangat penting, sehingga perlu lebih digencarkan lagi.