Belajar Sambil Bermain di Kampoeng English Poernama Pontianak
Selain itu, mereka juga menerapkan sistem belajar yang menyenangkan kepada anak-anak.
Penulis: Rizki Fadriani | Editor: Madrosid
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Bella
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ada pribahasa yang mengatakan bahwa "apa yang mudah didapat akan mudah juga perginya" hal itu yang saat ini menjadi tantangan bagi Kampoeng English Poernama (KEP) yang berada di Kota Pontianak sejak berdiri pada 2013 lalu.
"Itu sama seperti anak-anak, jadi ketika mereka merasa gratis jadi mudah aja, terserah aku mau datang ok, ngga juga ya udah, kayaknya ibu aku nggak merasa rugi, karena nggak bayar. Jadi kami ngelihatnya seperti itu," kata Ketua KEP Meiry Dintia Arini.
Baca: Ini Bedanya Kampoeng English Poernama Dengan Kampung Inggris di Pare
Itulah mengapa KEP menerapkan paket pembelajaran yang sistematis melalu kurikulum dengan berbagai tingkat pelajaran, masing-masing tingkat ada indikator yang bisa didapat dan pada akhir sesi pembelajaran dilakukan evaluasi.
Selain itu, mereka juga menerapkan sistem belajar yang menyenangkan kepada anak-anak.
Dengan tujuan untuk memfasilitasi anak belajar bahasa Inggris, karena KEP percaya bahwa bahasa Inggris itu esensi untuk bisa membuka akses yang lebih luar dalam belajar dan mengembangkan diri.
"Sejauh ini kalau kita bicara antusias kita selalu berusaha bikin suasana yang berbeda di dengan sekolah, ngapain juga kita ngajarin bahasa Inggris kalau mereka bisa juga dapat yang sama modelnya di sekolah," kata Meiry.
Makanya melalui sistem Edutainment atau (edukasi entertainment) yaitu pendidikan dan hiburan, KEP mengajak anak-anak untuk belajar dengan cara yang menyenangkan.
Melalui konsep Edutainment ini, disusunlah bagaimana agar anak-anak bisa merasakan pengalaman yang berbeda saat belajar bahasa Inggris.
Misalnya dengan menggunakan game, diskusi dan presentasi, anak-anak diajak berbicara setelah mendapat materi.
Baca: Banyak Terhambat Karena Keterbatasan Bahasa Menjadi Awal Lahirnya Kampoeng English Poernama
Karena selama ini, yang menjadi masalah paling besar adalah mereka masih terkungkum oleh dirinya sendiri, dalam artian takut untuk menunjukkan kemampuannya.
Suasana belajar yang menyenangkan itupun, tidak hanya dirasakan bagi anak-anak yang belajar, bagi Meiry sendiri sebagai volunteers yang mengajar mereka, situasi seperti itu membuat ia betah.
Padahal ia sudah terbilang cukup lama bergabung di KEP, sejak kelas dua SMA dan hingga kini sudah menyelesaikan kuliah, ia masih aktif di KEP .
"Saya masih melakukan karena menyenangkan, bertemu dengan anak-anak itu apalagi bisa berbagi bisa bikin pikiran fresh," katanya.