Masuk Musim Kemarau, Pemilik Keramba Ikan Sungai Mempawah Mulai Was-was

Memasuki masa musim kemarau, Peternak Ikan keramba apung di Sungai Mempawah sudah mulai was - was.

Penulis: Ferryanto | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/FERRYANTO
Peternak Ikan Keramba dipinggir Sungai Mempawah 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak Ferryanto

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Memasuki masa musim kemarau, Peternak Ikan keramba apung di Sungai Mempawah sudah mulai was - was.

Robi, soerang peternak Ikan keramba apung di Desa Antibar mengatakan bahwa, di saat musim kemarau ini, pihaknya sering mendapati ikannya mati.

Ia yang memiliki 39 kotak keramba apung menilai hal ini disebabkan karena bebarapa hal, antara lain adalah masuknya air laut ke sungai yang menyebabkan ikan – ikan miliknya tak mampu beradaptasi.

Baca: Gempa 7,0 SR di Lombok, Dua Masjid Besar Ambruk dan Terdengar Suara Tangisan Dari Dalam Bangunan

Selain itu, para peternak inipun menghawatirkan akan turunnya air dari daerah hulu sungai yang banyak mengandung zat – zat berbahaya bila di musim kemarau seperti ini.

Ia mengatakan, masih adanya aktifitas PETI (penambangan tanpa ijin), dan adanya aktivitas TUBA (mencari ikan dengan cara di racun) menyebabkan air tercemar dan cemaran air tersebut turun hingga ke hilir sungai.

“kalau sudah musim kemarau gini si, kadang air asin tu naik, lalu kalau bukan air pasang, air hulu turun ke hilir, di musim kemarau ni kadang akibat tambang emas sama orang Tuba “meracun” tu kena juga ke kita,”paparnya.

“kalau tuba kan memang rata – rata musim kemarau gini, karena pas air kecil, lalu Penambang pun sama, kita kan ndak tau tu ujannya disana kepan, jadi pas begitu disana ujan lalulah airnya ngalir ke sungai, sungaikan pasti kesini,”ujarnya.

Untuk itu, dirinya pun memasuki musim kemarau ini lebih mewaspadai akan hal – hal tersebut, dengan lebih sering melilhat kondisi air.

Selain itu, dirinya pun mengurangi jumlah pemberian makan kepada ikan – ikannya.

“selama ini si ngurangi makan, karena kalau terlalu kenyang tu jadi aga susah gerak, biasa kan mereka makan 5 kali sehari, jadi saya kurangin jadi 4 kali, ”ujarnya.

Robi mengungkapkan di masa musim kemarau, ikan yang mati di tambaknya mencapai puluhan kg per musim nya.

Baca: Jelang Kemerdekaan RI ke-73, Ornamen Merah Putih Mulai Semarakkan Jalan dan Perumahan

“saya kan setahun 2 kali panen, puluhan Kg lah kalau udah musim kemarau ni yang mati, dan biar ndak berpengaruh ke yang lain jadi mesti sering – sering di cek, begitu ada yang mati langsung di angkat,”ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa, persentase kehidupan dari ikan – ikan dari masa bibit hingga ke siap panen yakni hanya berkisar 20 – 30 persen.

“per kotak kan kita masukkan 100 ribu bibit, dan kalau air bagus musim bagus, 25% lebih lah yang idup tu, tapi kalau lagi ndak bagus 20% jak,”ucapnya

Robi berharap Pemerintah dan Dinas terkait dapat mentertibkan tambang – tambang emas ilegal, dan mampu mencegah agar tidak ada lagi aktivitas peracunan ikan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved